digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Sholihati Lathifa Sakina
PUBLIC Alice Diniarti

Tingginya kebutuhan energi menyebabkan pemerintah Indonesia membuat beberapa kebijakan terkait penyediaan energi untuk mengatasi krisis tersebut, yaitu dengan menargetkan pasokan sumber daya energi terbarukan sedikitnya sebesar 23% dari total produksi energi pada tahun 2025 dan 31% pada tahun 2050. Sebagai negara maritim, Indonesia memiliki potensi energi gelombang yang besar yang dapat dimanfaatkan sebagai salah satu sumber energi terbarukan. Studi kasus diterapkan pada perairan Selatan Jawa – Nusa Tenggara Barat sebagai daerah dengan potensi energi gelombang yang tinggi, lingkungan yang mendukung, serta memiliki dampak sosio-ekonomi yang besar. Dengan menggunakan input data angin tahun 2016-2020 dari ECMWF ERA 5 reanalysis, data gelombang di daerah kajian dihasilkan dengan melakukan hindcasting menggunakan simulasi model SWAN (Simulating Waves Nearshore). Dua jenis konverter energi gelombang (KEG) tipe Oscillating Water Column (OWC), yaitu OE Buoy, dan heaving device, yaitu Pontoon Power Converter, dipilih untuk pemanfaatan energi gelombang di 8 lokasi studi. Evaluasi kinerja kedua KEG tersebut akan ditinjau melalui beberapa parameter, antara lain daya yang dihasilkam satu unit perangkat, annual energy production (AEP), capacity factor (CF), daya yang dihasilkan wave farm, serta levelized cost of energy (LCOE) untuk masing-masing tipe KEG. Hasil model menunjukkan adanya pengaruh musiman terhadap kondisi gelombang dan potensi energi di daerah kajian. Tinggi gelombang signifikan dan potensi energi gelombang yang dihasilkan mencapai nilai maksimum (minimum) pada saat musim timur/JJA (musim barat/DJF). Evaluasi performansi KEG memperlihatkan bahwa OE Buoy menghasilkan daya dan CF yang lebih besar dari Pontoon. Selain itu, variasi musiman juga mempengaruhi kinerja kedua KEG tersebut. OE Buoy (Pontoon) memiliki performansi yang lebih baik pada saat musim timur (barat). Namun hasil perhitungan LCOE menunjukkan Pontoon memberikan tarif listrik yang lebih murah dibanding tarif listrik OE Buoy, namun tetap lebih tinggi dari tarif lastrik PLN. Di antara 8 lokasi studi, perairan selatan Lebak merupakan lokasi dengan parameter evaluasi KEG tertinggi, sedangkan pesisir selatan Lombok dan Sumbawa adalah lokasi dengan parameter evaluasi terendah.