digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Sanitasi merupakan kebutuhan dasar yang harus terpenuhi dalam kehidupan manusia. Namun, pada kenyataannya masih banyak ketimpangan yang terjadi di dalam pemenuhan kebutuhan dasar terhadap sanitasi di Indonesia. Pada tahun 2019, persentase masyarakat Indonesia terhadap akses sanitasi tingkat dasar adalah sebesar 16,07% dengan akses sanitasi layak sebesar 77,83%. Pada bidang pengelolaan persampahan, persentase pelayanan persampahan di Indonesia saat ini baru mencapai 60,63%. Di Provinsi Jawa Barat, dengan jumlah penduduk sebesar 49,94 juta penduduk pada tahun 2019, persentase akses masyarakat terhadap akses sanitasi layak adalah sebesar 66,25%. Dengan laju urbanisasi sebesar 55%, tingginya laju urbanisasi di kawasan perkotaan umumnya belum tentu dapat diimbangi dengan laju pertumbuhan dan pengembangan dari kawasan perkotaan tersebut. Hal ini dapat memberikan indikasi terhadap peningkatan jumlah kawasan permukiman kumuh yang terdapat di kota – kota besar di Indonesia, dimana salah satu diantaranya adalah Kota Bandung. Salah satu permasalahan umum yang ditemukan pada kawasan permukiman kumuh adalah kurangnya sarana dan prasarana sanitasi meliputi air minum, air limbah, drainase dan persampahan. Tingginya angka permukiman kumuh tidak sebanding dengan ketersediaan lahan yang dapat digunakan sebagai tempat tinggal. Hal ini memberikan indikasi terhadap meningkatnya angka permukiman kumuh yang juga dapat dikategorikan sebagai permukiman informal. Di Indonesia terdapat berbagai wilayah Kampung Warna – Warni tersebut meliputi Kampung Jodipan – Ksatrian (Malang), Kampung Code (Yogyakarta), Kampung Pelangi 200 dan Kampung Cibunut Berwarna (Bandung). Meskipun program dan karakteristik dari wilayah yang diimplementasikan hampir serupa, nanti keluaran dari program peningkatan visual yang dilakukan berbeda – beda. Oleh sebab itu, akan dilakukan analisa terhadap faktor – faktor berpengaruh terhadap keberlanjutan sistem pengelolaan sanitasi. Dengan menggunakan analisa mode Structural Equation Modelling (SEM) diketahui bahwa faktor – faktor yang mempengaruhi keberlanjutan sanitasi adalah faktor dampak lingkungan (estimate 0,656 dan p-value < 0,001) dan faktor sosial – budaya (estimate 0,436 dan p-value 0,006). Kemudian faktor – faktor tersebut juga dipengaruhi variabel lain yaitu faktor institusi terhadap dampak lingkungan (estimate 1,044 dan p-value < 0,001) dan faktor finansial/ekonomi terhadap sosial – budaya (estimate 0,876 dan p-value < 0,001).