Laju urbanisasi yang tinggi, pertumbuhan penduduk yang terus meningkat, dan
perubahan pola konsumsi air dapat mengancam keberlanjutan suatu kawasan dan
memicu munculnya kawasan water sensitive. Akses air dan sanitasi Kota Manado
yang masih rendah serta tingginya kejadian banjir dan longsor menjadikan Kota
Manado sebagai kawasan water sensitive. Sehingga diperlukan strategi peningkatan
akses air bersih dan sanitasi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kondisi
eksisting pengelolaan air dan sanitasi serta nilai-nilai sosial masyarakat agar
diperoleh nilai indeks risiko sanitasi dan prioritas peningkatan akses air dan sanitasi
sebagai dasar peyusunan strategi. Studi ini meninjau tiga kawasan water sensitive
Kota Manado, yaitu Kawasan Singkil Satu, Wawonasa, dan Titiwungen Utara.
Metode EHRA digunakan untuk menganalisis kondisi eksisting dan mendapatkan
nilai IRS, metode AHP digunakan untuk menentukan prioritas, dan analisis SWOT
digunakan untuk menyusun strategi. Sebanyak 76,33% masyarakat menggunakan
air isi ulang untuk air minum, sebanyak 37,67% masyarakat menggunakan air
ledeng untuk mandi dan cuci, sebanyak 73% masyarakat menggunakan cubluk
untuk menampung tinja. Sedangkan air limbah mandi dan cuci langsung dibuang
ke saluran drainase. Sebanyak 91% masyarakat mengelola sampah dengan cara
dikumpulkan dan diangkut ke TPA. Nilai IRS Kawasan Singkil Satu sebesar 258
(kurang berisiko), Kawasan Wawonasa sebesar 347 (risiko sangat tinggi), dan
Kawasan Titiwungen Utara sebesar 293 (risiko sedang). Bobot prioritas penyediaan
air minum sebesar 0,295, drainase lingkungan sebesar 0,277, pengelolaan
persampahan sebesar 0,276, dan pengelolaan air limbah domestik sebesar 0,153.
Strategi peningkatan akses air bersih dan sanitasi adalah penegakan peraturan,
membentuk lembaga pengawasan khusus, membangun sarana dan prasarana, serta
melakukan sosialisasi kepada masyarakat.