Abstrak: Merkuri merupakan logam berat yang sangat beracun, sulit untuk diuraikan, dan
dapat terakumulasi dalam tubuh makhluk hidup sehingga sangat berbahaya bagi kesehatan
dan berbahaya bagi lingkungan karena bersifat persisten. Salah satu emisi merkuri dari
kegiatan antropogenik adalah dari pembakaran batubara. Indonesia sebagai salah satu
negara yang turut serta dalam Konvensi Minamata terkait merkuri berdasarkan Peraturan
Presiden No. 21/2019 dimana sektor energi menjadi salah satu prioritas pemerintah dalam
menurunkan emisi merkuri yaitu sebesar 33,2% pada tahun 2030. Untuk dapat mencapai
target tersebut, salah satu upaya yang dilakukan adalah melakukan inventarisasi emisi
merkuri untuk mengetahui seberapa banyak emisi merkuri yang diemisikan pada saat ini
serta pada masa yang akan datang. Metodologi pada penelitan ini dengan menggunakan
perangkat lunak Interactive Process Optimization Guidance (iPOG) dengan data sekunder
PLTU batubara tahun 2019 yang bersumber dari Ditjen Gatrik ESDM untuk
memperkirakan emisi merkuri dan juga untuk mengetahui kontribusi co-benefit technology
dalam menurunkan emisi merkuri. Estimasi merkuri yang dilepaskan ke udara dari 72
PLTU pada tahun 2019 berdasarkan perhitungan IPOG adalah 2,874 ton. Adapun efisiensi
penyisihan merkuri dengan Electrostatic Precipitator (ESP) pada batubara lignit dan
subbituminus adalah 0,5% dan 10%. Penyisihan merkuri dengan ESP+WFGD (wet
scrubber) dan ESP+WFGD (air laut) pada batubara lignit adalah 20% dan 11,8%.
Penyisihan merkuri dengan ESP+WFGD (batu kapur) dan Dry FGD+FF pada batubara
subbituminus adalah 50% dan 13%.