digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Perkembangan populasi mengakibatkan tingginya permintaan di sektor energi untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari di berbagai sektor kegiatan. Tingginya tingkat permintaan di sektor energi menyebabkan peningkatan gas rumah kaca yang berpotensi mengakibatkan pemanasan global hingga perubahan iklim yang berdampak buruk pada ekosistem makhluk hidup. Oleh karena itu, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengadakan konvensi Paris Agreement yang bertujuan untuk mengurangi emisi CO2 sebesar 3.5% setiap tahun hingga tahun 2050 sehingga dapat membatasi kenaikan suhu bumi hingga 2º C. Sektor energi merupakan kontribusi utama dari emisi gas rumah kaca secara global, sehingga diperlukan tindakan untuk mendekarbonisasi mekanisme sistem di sektor energi. Pengaplikasian energi baruterbarukan (EBT) digencarkan dalam pemenuhan transisi energi untuk mengurangi tingkat emisi gas rumah kaca. Indonesia memiliki target nasional untuk meningkatkan penggunaan EBT sebesar 31% Pada tahun 2050. Pada kasus ini, perencanaan dan pemodelan sektor energi di Jawa-Bali dilakukan dengan menggunakan LEAP dengan tiga skenario pemodelan sektor energi dengan penurunan intensitas energi final hingga 23% terhadap nilai dasar, tercapainya bauran EBT hingga 54.4% pada tahun 2050, dan tercapai penurunan emisi gas rumah kaca hingga 45% pada tahun 2050.