digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Afra 'Aini Khairunnisa Sheila
Terbatas Yoninur Almira
» ITB

BAB 1 Afra 'Aini Khairunnisa Sheila
Terbatas Yoninur Almira
» ITB

BAB 2 Afra 'Aini Khairunnisa Sheila
Terbatas Yoninur Almira
» ITB

BAB 3 Afra 'Aini Khairunnisa Sheila
Terbatas Yoninur Almira
» ITB

BAB 4 Afra 'Aini Khairunnisa Sheila
Terbatas Yoninur Almira
» ITB

BAB 5 Afra 'Aini Khairunnisa Sheila
Terbatas Yoninur Almira
» ITB

PUSTAKA Afra 'Aini Khairunnisa Sheila
Terbatas Yoninur Almira
» ITB

LAMPIRAN
Terbatas Yoninur Almira
» ITB

Saat ini, percepatan transformasi digital menjadi tantangan yang tidak dapat dihindari lagi oleh seluruh negara di dunia, termasuk daerah perdesaan. Namun, pada kenyataannya terdapat kesenjangan digital antara daerah perdesaan dan perkotaan. Inklusi digital dianggap dapat menjadi solusi untuk mencapai kesetaraan digital, sehingga dapat menghilangkan kesenjangan tersebut. Inklusi digital merupakan kondisi saat seluruh individu maupun masyarakat sudah memiliki kapasitas dalam menggunakan perangkat digital berbasis internet dan berpartisipasi penuh dalam penggunaannya sehari-hari. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan pengukuran inklusi digital berdasarkan empat dimensi utamanya yaitu ‘access, skills, use, dan supportive environment’ yang diturunkan ke dalam beberapa indikator dan variabel dengan membandingkan dua studi kasus, yaitu Desa Tamansari yang diinisiasi oleh pemerintah kabupaten dan Desa Melung yang diinisiasi oleh kepala desanya sebagai bagian dari masyarakat lokal. Hasil penelitian menggunakan metode kuantitatif menunjukkan bahwa inklusi digital di Desa Tamansari yang diinisiasi oleh pemerintah maupun Desa Melung yang diinisiasi oleh masyarakat lokal sudah memiliki dimensi akses dan penggunaan aktual yang baik bagi mayoritas masyarakat. Namun, pada dimensi keterampilan masih perlu dilakukan peningkatan di kedua wilayah studi, terutama Desa Melung yang diinisiasi oleh masyarakat lokal karena keterampilan masyarakat dalam menggunakan internet dapat inklusif bagi seluruh masyarakat apabila ada quality control yang dilakukan secara berkala. Di samping itu, dimensi elemen pendukung yang ada di kedua wilayah studi masih belum baik karena pada awalnya inisiasi pemerintah maupun masyarakat lokal masih berfokus untuk membuka akses masyarakat saja, belum sampai mengadakan program-program yang berdampak signifikan bagi sebagian besar masyarakat.