
ABSTRAK Wahyu Eka Yurina
Terbatas Yoninur Almira
» ITB
Terbatas Yoninur Almira
» ITB

BAB 1 Wahyu Eka Yurina
Terbatas Yoninur Almira
» ITB
Terbatas Yoninur Almira
» ITB

BAB 2 Wahyu Eka Yurina
Terbatas Yoninur Almira
» ITB
Terbatas Yoninur Almira
» ITB

BAB 3 Wahyu Eka Yurina
Terbatas Yoninur Almira
» ITB
Terbatas Yoninur Almira
» ITB

BAB 4 Wahyu Eka Yurina
Terbatas Yoninur Almira
» ITB
Terbatas Yoninur Almira
» ITB

BAB 5 Wahyu Eka Yurina
Terbatas Yoninur Almira
» ITB
Terbatas Yoninur Almira
» ITB

PUSTAKA Wahyu Eka Yurina
Terbatas Yoninur Almira
» ITB
Terbatas Yoninur Almira
» ITB

LAMPIRAN
Terbatas Yoninur Almira
» ITB
Terbatas Yoninur Almira
» ITB

GLOSARIUM
Terbatas Yoninur Almira
» ITB
Terbatas Yoninur Almira
» ITB
Urbanisasi dan peningkatan penduduk perkotaan berdampak pada
peningkatan kebutuhan akan tempat tinggal atau hunian. Upaya penyediaan tempat
tinggal dan perbaikan kondisi kehidupan penduduk menjadi salah satu fokus
perhatian dalam fenomena peningkatan pertumbuhan penduduk perkotaan.
Fenomena ini terjadi pada kota-kota besar di Indonesia, seperti Kota Bandung.
Pertumbuhan jumlah penduduk yang terus meningkat dan ketersediaan lahan di
Kota Bandung yang terbatas dapat berdampak pada peningkatan jumlah backlog
perumahan serta rumah tidak layak huni di Kota Bandung dan masyarakat
menengah ke bawah (MBM) menjadi kelompok masyarakat yang termarjinalkan.
Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan residential mobility MBM di Kota
Bandung. Berdasarkan hasil pengumpulan data melalui survei kuesioner kepada 103
responden rumah tangga dan dengan menggunakan metode analisis statistik
deskriptif, analisis asosiasi dan analisis skala Likert, didapatkan karakteristik serta
faktor-faktor yang mempengaruhi residential mobility MBM di Kota Bandung. Hasil
dari penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat residential mobility MBM di Kota
Bandung cenderung rendah. Faktor siklus hidup, fasilitas dan aksesibilitas, serta
karakteristik tempat tinggal merupakan faktor-faktor yang paling berpengaruh pada
perpindahan rumah tangga berpenghasilan menengah ke bawah. Oleh karena itu,
pemerintah dan stakeholder lainnya dapat mengoptimalkan faktor-faktor tersebut
dalam menyediakan perumahan bagi MBM.