Prevalensi penyakit asam urat di Indonesia adalah ±18%. Indonesia memiliki keanekaragaman
hayati sebagai tanaman obat salah satunya berpotensi untuk menurunkan kadar asam urat. Pada
penelitian ini dilakukan pengujian untuk tanaman yang memiliki aktivitas antihiperurisemia secara
urikostatik yaitu malaka (Phyllanthus emblica L.) dan sarang semut (Myrmecodia beccariiI Hook.f.).
Penelitian diawali dengan penapisan fitokimia pada kedua ekstrak. Kemudian dilakukan penetapan
kadar flavonoid dan kromatografi lapis tipis (KLT). Pengujian secara in vivo dilakukan menggunakan
tikus galur Wistar jantan dengan menggunakan pemodelan hiperurisemia akut dan kronis. Kondisi
hiperurisemia akut dilakukan dengan memberikan sediaan ekstrak dan obat dalam satu kali
pemberian. Sedangkan kondisi hiperurisemia kronis dilakukan dengan memberikan sediaan ekstrak
dan obat secara berulang selama 14 hari. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa pada
penapisan fitokimia P. emblica terdapat senyawa golongan flavonoid, tanin, saponin, triterpenoid
dan alkaloid. Sedangkan pada M. beccarii terdapat senyawa golongan flavonoid, tanin, kuinon, dan
steroid. Pada penetapan kadar flavonoid total hasil yang didapat pada sampel ekstrak etanol M.
beccarii memiliki kadar flavonoid total lebih rendah dibandingkan dengan P. emblica. Dalam
pengujian KLT terlihat terdapat senyawa golongan flavonoid pada kedua ekstrak. Pada pengujian in
vivo kondisi hiperurisemia akut pada menit ke-150 sampel P. emblica 150, 300 mg/kgBB dan M.
beccarii 300 mg/kgBB memiliki perbedaan bermakna dengan kontrol positif. Sedangkan pada
kondisi hiperurisemia kronis pada hari ke-28 hanya sampel P. emblica 150 mg/kgBB dan M. beccarii
150 mg/kgBB yang memiliki perbedaan bermakna dengan kontrol positif.