digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Indonesia memiliki potensi komoditas sawit dengan kapasitas produksi 49,12 juta ton Tandan Buah Segar (TBS) pada tahun 2020, sehingga diperkirakan akan menghasilkan limbah Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) sebanyak 10,81 juta ton yang mengandung 21,28-22,10% lignin. Lignin tersusun atas berbagai gugus senyawa aromatik, sehingga memiliki potensi nilai ekonomi tinggi karena dapat di olah menjadi aneka produk turunan komersil. Namun demikian, potensi lignin yang cukup besar ini belum dimanfaatkan secara maksimal di Indonesia. Vanillin merupakan bahan perisa yang paling populer di dunia dan dimanfaatkan secara luas pada industri makanan, minuman, parfum, obat-obatan, dan kosmetik dengan potensi pasar global sebesar 480,1 juta USD. Vanillin dapat diproduksi dari lignin secara kimiawi/katalitik maupun biologis. Dibandingkan proses katalitik yang memiliki kelemahan dari segi kebutuhan energi proses serta menghasilkan limbah B3 dari katalis yang digunakan, produksi vanillin berbasis lignin secara biologis memiliki rentang rendemen yang lebih besar bergantung pada mikroorganisme yang digunakan, kemudahan proses yang dapat dilangsungkan pada kondisi ruang, serta ramah lingkungan. Namun, proses ini belum diimplementasikan pada skala industri. Dalam penelitian ini, dikembangkan proses produksi vanillin dari cairan samping delignifikasi TKKS yang mengandung berbagai senyawa turunan lignin secara biologis. Pengembangan difokuskan pada kuantifikasi fraksi turunan lignin yang bernilai ekonomi dari cairan samping delignifikasi TKKS, analisa pengaruh jenis bakteri, konsentrasi inhibitor, serta medium fermentasi terhadap rendemen dan produktivitas vanillin. Fermentasi cairan hidrotermal TKKS menggunakan bakteri Pseudomonas putida DSM 6125 dan penambahan DTT 5 mM menghasilkan rendemen dan produktivitas vanillin tertinggi, yakni berturut-turut 0,0009 ± 0,0012% dan 0,17 ± 0,22 ppm/jam, sedangkan pada tempuhan lainnya bernilai negatif.