digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Lizma Febrina
PUBLIC Latifa Noor

Kopi luwak berasal dari buah kopi yang difermentasi dalam sistem pencernaan luwak (Paradoxorus hermaproditus). Proses fermentasi tersebut membuat kopi luwak memiliki rasa yang unik dan berbeda dari kopi lainnya. Perubahan rasa ini mengindikasikan adanya perubahan profil metabolit kopi dan diduga berpengaruh terhadap aktivitas antidiabetes kopi. Sepanjang pengetahuan kami, aktivitas antidiabetes kopi luwak belum pernah dilaporkan sebelumnya. Selain itu, jamur endofit kopi juga telah mendapat perhatian khusus dari para peneliti. Namun, kajian yang telah dilakukan baru sampai pada isolasi jamur endofitik, belum pada metabolit sekunder yang dihasilkan jamur endofitik tersebut. Berdasarkan latar belakang tersebut, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis secara komprehensif profil metabolit dari kopi luwak. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari kopi luwak liar dan kopi luwak tangkar, serta kopi arabika reguler sebagai kontrol. Semua sampel kopi dievaluasi juga dengan uji penghambatan ?-glukosidase dan serangkaian uji antioksidan untuk mengungkap aktivitas antidiabetesnya secara in-vitro. Selain itu, metabolit sekunder dari jamur endofitik Clonostashys rosea yang berasal dari biji kopi berhasil diisolasi pada penelitian ini. Profil metabolit dari sampel kopi dianalisis dengan metabolomik berbasis 1H NMR. Pengidentifikasian metabolit divalidasi dengan analisis spektrum 2D NMR meliputi 1H-1H gCOSY, 1H-1H zTOCSY, dan J-Resolved. Sebanyak 18 metabolit pada biji kopi hijau, dan 27 metabolit dalam sampel kopi sangrai berhasil diidentifikasi. Hasil analisis menunjukkan bahwa kopi luwak dan kopi arabika reguler serupa secara kualitatif. Namun, terdapat perbedaan kuantitas metabolit pada masing-masing sampel kopi. Analisis statistik multivariat diterapkan untuk mengungkap lebih jauh kesamaan dan perbedaan dalam sampel kopi. Hasil analisis menunjukkan bahwa biji kopi hijau luwak mengandung konsentrasi alanin, asparagin, asam sitrat, asam malat, dan trigonelin yang relatif lebih tinggi, jika dibandingkan dengan kopi arabika reguler. Asam sitrat dan asam malat adalah senyawa pembeda yang paling penting dari kopi hijau luwak liar. Sementara itu, kopi luwak sangrai dicirikan dengan kadar asam asetat, trigonelin, asam quinat, asam sitrat, dan asam malat yang lebih tinggi dibandingkan dengan kopi arabika reguler. Menariknya, metabolit yang paling diskriminan dari kopi luwak sangrai adalah asam malat dan asam sitrat Aktivitas antidiabetes dari sampel kopi dievaluasi dengan melakukan uji in-vitro terkait diabetes mellitus tipe 2, meliputi uji aktivitas penghambatan ?-glukosidase dan uji antioksidan. Hasil pengujian menunjukkan bahwa kopi luwak liar (biji hijau dan biji sangrai) memiliki aktivitas penghambatan ?-glukosidase dan aktivitas antioksidan yang paling tinggi. Kopi luwak liar menghambat ?-glukosidase dengan mekanisme penghambatan campuran. Korelasi aktivitas antidiabetes in-vitro dengan metabolit yang dikuantifikasi, dievaluasi dengan metode koefisien korelasi Pearson. Data statistik menunjukkan bahwa berbagai metabolit berkontribusi terhadap aktivitas tersebut. Asam malat ditemukan sebagai senyawa yang paling berkorelasi positif dengan aktivitas antidiabetes. Lebih lanjut, hasil ini menunjukkan bahwa fermentasi biji kopi dalam sistem pencernaan luwak yang meningkatkan kandungan asam malat, memberikan keuntungan untuk aktivitas antidiabetes secara in-vitro. Menariknya, ini adalah laporan ilmiah pertama mengenai aktivitas antidiabetes secara in-vitro dari kopi luwak. Jamur endofitik C. rosea berhasil diisolasi dari biji kopi arabika regular pada penelitian ini. Ekstrak etil asetat C. rosea difraksinasi dan dimurnikan dengan berbagai teknik kromatografi sehingga menghasilkan 2 senyawa murni, yaitu 3,7-dimetil-6-hidroksi-8-metoksiisokrom dan asam tanzawaat D. Struktur molekul senyawa hasil isolasi ditentukan dengan analisis spektrum NMR 1D (1H, 13C NMR) dan 2D (HSQC, HMBC 1H-1H COSY). Dua senyawa tersebut ditemukan untuk pertama kalinya dari jamur endofitik Clonosthasys rosea. Kedua senyawa ini belum pernah diisolasi dari biji kopi selaku tumbuhan inangnya. Pada penelitian ini, metabolomik berbasis NMR diterapkan untuk menganalisis profil metabolit kopi luwak secara komprehensif tanpa pemisahan. Identifikasi spektrum 1H NMR mengungkapkan bahwa metabolit yang terkandung dalam sampel kopi secara kualitatif serupa tetapi berbeda secara kuantitatif. Fermentasi dalam sistem pencernaan luwak berdampak positif pada aktivitas penghambatan ?-glukosidase dan aktivitas antioksidan kopi. Validasi in-vivo memungkinkan penggunaan kopi luwak sebagai pangan fungsional terkait diabetes melitus tipe 2. Selain itu, penelitian ini merupakan laporan pertama yang berhasil mengisolasi 2 senyawa turunan poliketida, yaitu 3,7-dimetil-6-hidroksi-8-metoksiisokroman dan asam tanzawaat D, dari C. rosea, jamur endofit yang diperoleh dari biji kopi hijau.