digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Peningkatan visual permukiman kumuh di perkotaan menjadi suatu gebrakan baru dalam meningkatkan kesadaran masyarakat akan pengelolaan sanitasi yang merupakan modal untuk menumbuhkan partisipasi masyarakat guna menjamin keberlanjutan program yang dilaksanakan. Kota Bandung memiliki dua kampung warna-warni yakni Kampung Pelangi 200 dan Kampung Cibunut yang memiliki perbedaan kualitas program meskipun dilaksanakan pada kota yang sama dan berasal dari sumber pendanaan yang sama. Penelitian ini mengidentifikasi dampak dari program peningkatan visual permukiman kumuh terhadap intensi dan perilaku pengelolaan sanitasi masyarakat Kampung Cibunut menggunakan konstruk Theory of Planned Behavior, kemudian membandingkannya dengan Kampung Pelangi 200, dengan tujuan untuk menganalisis perbedaan dampak program peningkatan visual terhadap pengelolaan sanitasi serta faktor-faktor kunci kesuksesan implementasi program. Desain penelitian yang digunakan adalah korelasional dengan alat ukur berupa kuesioner skala Likert. Diperoleh hasil bahwa peningkatan visual memiliki korelasi yang signifikan dengan intensi untuk mengolah air limbah domestik, intensi dan perilaku untuk mengolah sampah di rumah di Kampung Cibunut. Ditinjau dari atensi media, jumlah kunjungan, pendapatan tambahan dari objek wisata kampung dan perhatian pemerintah lokal, program peningkatan visual di Kampung Cibunut memiliki kualitas yang lebih baik dibandingkan dengan Kampung Pelangi 200. Implementasi program peningkatan visual akan menghasilkan kualitas yang lebih baik, apabila dilakukan pada daerah dengan: lokasi strategis, kondisi demografi masyarakat (tingginya jumlah masyarakat usia produktif, tingkat pendidikan SMA, berpenghasilan diatas Upah Minimum Provinsi dan memiliki sertifikat kepemilikan tanah dan rumah), terdapat peran aktif dari stakeholder eksternal (meliputi edukasi, peningkatan keterampilan, dan promosi wisata), adanya kesamaan tujuan internal dan eksternal program serta keinklusifan tujuan internal program.