digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

COVER Abdul Ghoni Majdi
PUBLIC Alice Diniarti

BAB 1 Abdul Ghoni Majdi
PUBLIC Alice Diniarti


BAB 3 Abdul Ghoni Majdi
PUBLIC Alice Diniarti

BAB 4A Abdul Ghoni Majdi
PUBLIC Alice Diniarti

BAB 4B Abdul Ghoni Majdi
PUBLIC Alice Diniarti

BAB 4C Abdul Ghoni Majdi
PUBLIC Alice Diniarti

BAB 4D Abdul Ghoni Majdi
PUBLIC Alice Diniarti

BAB 5 Abdul Ghoni Majdi
PUBLIC Alice Diniarti

PUSTAKA Abdul Ghoni Majdi
PUBLIC Alice Diniarti

Sungai Cipunagara mempunyai panjang total ± 104 km dan lebar rata – rata 40 m merupakan sungai utama dari sistem Daerah Aliran Sungai (DAS) Cipunagara (1.203 km2), mata airnya terletak di kaki Gunung Tangkuban Perahu (2.706 m dpl) di Kabupaten Bandung, dan bagian hilirnya sebagian besar merupakan wilayah Kabupaten Subang. Berdasarkan hasil studi terdahulu serta catatan kejadian banjir yang ada, Sungai Cipunagara diketahui mempunyai masalah banjir yang cukup serius. Daerah genangan banjir yang tercatat, meliputi Kecamatan Pamanukan, Pusakanegara dan Kecamatan Legon Kulon, seluas ± 22 km2 di bagian kanan dan ± 2,5 km2 di bagian kiri sungai, serta kerusakan yang ditimbulkan melanda area pertanian dan permukiman yang terletak di bagian utara jalan raya Pantura. Pemodelan hidraulik Sungai Cipunagara dengan menggunakan HEC – RAS 4.10 dimulai dari bagian hulu, yaitu pertemuan antara Sungai Cipunagara dengan Sungai Cigadung sampai dengan bagian hilir (muara), sepanjang ± 29 km, memberikan hasil bahwa kapasitas alur sungai yang ada tidak mampu mengalirkan debit banjir rencana Q25 = 1.377 m3/dt dengan aman (tanpa terjadi limpasan). Alternatif pengendalian banjir dilakukan melalui upaya struktural, antara lain : pembangunan/ peninggian tanggul, dibutuhkan tanggul dengan tinggi 3,90 (maksimal dan 1,15 m (rata – rata); normalisasi bagian hilir, dapat menurunkan elevasi MAB Q25 sebesar 0,89 m (maksimal) dan 0,35 m (rata – rata); normalisasi bagian hulu dan hilir menghasilkan penurunan elevasi MAB Q25 sebesar 1,14 m (maksimal) dan 0,63 m (rata – rata); pembangunan retarding basin seluas 380 ha dapat menurunkan elevasi MAB Q25 sebesar 0,32 m (maksimal) dan 0,11 m (rata – rata), serta memperlambat waktu puncak banjir dari 8 jam menjadi 10 jam. Kombinasi alternatif upaya pengendalian banjir di atas memberikan hasil sebagai berikut : kombinasi normalisasi hilir dengan tanggul, dibutuhkan tanggul dengan tinggi maksimal = 3,47 m dan rata – rata = 1,15 m; kombinasi normalisasi bagian hilr dan hulu dengan tanggul, dibutuhkan tanggul dengan tinggi maksimal= 3,47 m dan rata – rata = 1,00 m; kombinasi retarding basin dan tanggul, dibutuhkan tanggul dengan tinggi maksimal = 3,90 m dan rata – rata = 1,10 m. Alternatif upaya pengendalian banjir secara non struktural melalui kegiatan penghijauan sehingga 30% wilayah DAS Cipunagara menjadi hutan, memberikan hasil penurunan debit puncak banjir rata – rata = 8,30%