Kabupaten Indramayu yang merupakan salah satu dari wilayah pesisir Indonesia
dan memiliki asset sumber daya kelautan dan pariwisata cukup besar. Wilayah ini
selama beberapa tahun kebelakang mengalami permasalahan sampah yang makin
memburuk. Kegiatan penelitian ini dilakukan di Kecamatan Cantigi dan Kecamatan
Indramayu, kedua wilayah tersebut dianggap mampu mewakili kondisi Kabupaten
Indramayu yang memiliki kondisi daerah yang beragam namun umumnya memiliki
aset sumber daya dan pariwisata di daerah pesisir. Analytical Hierarchy Process
(AHP) adalah salah satu bentuk model pengambilan keputusan dengan multiple
criteria. Metode ini merupakan metoda pengambilan keputusan yang melibatkan
sejumlah kriteria dan alternatif yang dipilih berdasarkan pertimbangan semua
kriteria terkait (Saaty, 2004). Dalam analisanya, terdapat lima aspek yang menjadi
kriteria yakni aspek lingkungan, pembiayaan, sosial, teknis dan kelembagaan.
Penelitian ini bertujuan untuk merumuskan sistem pengelolaan sampah di
Kabupaten Indramayu dengan pendekatan metode AHP. Berdasarkan penilaian
bobot AHP, aspek lingkungan merupakan aspek nilai bobot tertinggi. Sedangkan
untuk penilaian subkriteria yang berpengaruh dalam penyusunan sistem
pengelolaan sampah, didapatkan bahwa subkriteria penurunan pencemaran
lingkungan menjadi subkriteria prioritas yang harus diutamakan dan paling
berpengaruh. Dari hasil kuesioner masyarakat diketahui bahwa 82% masyarakat
menginginkan pengelolaan sampah oleh UPTD Kebersihan. Sedangkan 13%
mendukung pengelolaan sampah berbasis masyarakat mulai dari pemilahan di
sumber, pengumpulan hingga pengelolaan TPS. Sisanya sebesar 5% menyatakan
bersedia melakukan pemilahan di sumber dan proses selanjutnya dikelola oleh
UPTD Kebersihan. Sedangkan berdasarkan kuesioner AHP didapatkan
rekomendasi opsi sistem pengelolaan sampah yang melibatkan kerjasama antara
masyarakat dan UPTD Kebersihan melalui pengoptimalan fungsi TPS 3R dan
pemilahan di sumber merupakan solusi yang paling sesuai untuk diterapkan.