digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Made Ari Riska Dayanti
PUBLIC Alice Diniarti

COVER_M.A. Riska Dayanti.pdf
PUBLIC Alice Diniarti

BAB I_M.A. Riska Dayanti.pdf
PUBLIC Alice Diniarti

BAB II_M.A. Riska Dayanti.pdf
PUBLIC Alice Diniarti

BAB III_M.A. Riska Dayanti.pdf
PUBLIC Alice Diniarti

BAB IV_M.A. Riska Dayanti.pdf
PUBLIC Alice Diniarti

BAB V_M.A. Riska Dayanti.pdf
PUBLIC Alice Diniarti

BAB VI_M.A. Riska Dayanti.pdf
PUBLIC Alice Diniarti

PUSTAKA Made Ari Riska Dayanti
PUBLIC Alice Diniarti

LAMPIRAN_M.A. Riska Dayanti.pdf
PUBLIC Alice Diniarti

Gelombang, arus laut, pasang surut, angin, pasokan sedimen atau pengaruh kenaikan muka air laut memicu perubahan posisi garis pantai. Akresi dan abrasi menjadi indikator terjadinya perubahan posisi garis pantai yang membantu dalam menentukan batas pengelolaan wilayah pesisir dan laut. Perubahan garis pantai berpotensi tinggi terjadi di seluruh pantai di pesisir Tenggara Bali, khususnya di Kabupaten Gianyar. Pantai Saba di Kabupaten Gianyar dengan panjang 1,3 km merupakan salah satu pantai yang mengalami abrasi akibat gelombang laut. Dua buah aliran sungai menghimpit Pantai Saba yakni Sungai Petanu di sebelah barat daya dan Sungai Kutul di sebelah timur laut. Permasalahan abrasi di Pantai Saba mengancam eksistensi tempat ibadah umat Hindu yang disebut Pura Alas Rengked. Minimnya perlindungan pantai memicu peningkatan laju abrasi di Pantai Saba. Teknologi penginderaan jarak jauh (remote sensing) berperan penting dalam mengidentifikasi perubahan garis pantai. Citra satelit Sentinel-1 dengan resolusi 10 meter diimplementasikan untuk memantau perubahan garis pantai di Pantai Saba pada tahun 2017-2021. Dalam penelitian ini, hasil ekstraksi citra Sentinel-1 dengan metode thresholding dikoreksi terhadap data pasang surut berdasarkan Mike-21 Tide Prediction untuk memperoleh posisi garis pantai yang akurat. Analisis perubahan garis pantai memanfaatkan perangkat lunak Digital Shoreline Analysis System (DSAS). Hasil analisis menunjukkan bagian barat daya Pantai Saba mengalami akresi, sedangkan bagian timur laut signifikan mengalami abrasi. luas rata-rata akresi yang terjadi di Pantai Saba sebesar 94,8 m2 sedangkan luas rata-rata abrasi sebesar 41,8 m2. Dalam periode 2017-2021, Pantai Saba mengalami akresi dengan laju perubahan yaitu 9,1 m/tahun dan abrasi dengan laju perubahan mencapai 4,9 m/tahun. Perubahan garis pantai disebabkan oleh hantaman gelombang tinggi yang menjalar menuju pesisir Pantai Saba. Hasil simulasi penjalaran gelombang menggunakan Delft 3D-Wave mengindikasikan gelombang datang membentuk suatu sudut dan memicu longshore current. Pergerakan sedimen sepanjang pantai menuju bagian timur laut Pantai Saba mengalami hambatan sehingga terjadi abrasi. Mitigasi abrasi dapat dilakukan dengan penanaman vegetasi non-mangrove dan bangunan pantai berupa groin yang dikombinasi dengan kegiatan beach nourishment.