digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Konsumsi energi di Indonesia akan terus tumbuh seiring dengan pertumbuhan penduduk dan ekonomi di dalam negeri. Saat ini, konsumsi energi di Indonesia masih didominasi oleh minyak dan batubara. Untuk menjaga ketahanan dan keberlanjutan energi nasional di tahun-tahun mendatang, Pemerintah Indonesia telah mengusulkan bauran energi dengan mengurangi konsumsi minyak dan batubara serta mendorong penggunaan gas bumi. LNG dianggap sebagai pilihan terbaik untuk mengangkut gas alam di Indonesia karena karakteristik Indonesia sebagai negara kepulauan. Dalam beberapa tahun terakhir, minat penggunaan LNG skala kecil telah meningkat karena permintaan domestik menjadi lebih beragam dalam aplikasi skala kecil dan pendekatan yang lebih langsung ke konsumen akhir. Sementara LNG skala kecil menawarkan alternatif yang menarik untuk memasok gas alam ke daerah terpencil, ada beberapa tantangan yang dihadapi untuk pengembangannya, termasuk optimalisasi rantai pasok dan daya saing biaya. Selain itu, infrastruktur yang dibutuhkan untuk mendukung rantai pasok LNG skala kecil belum terbentuk dengan baik.Mempertimbangkan lokasi PTBadak NGLyang strategis di wilayah tengah Indonesia dengan ketersediaan infrastruktur LNG yang ada di PT Badak NGL, implementasi rantai pasok LNG skala kecil muncul sebagai opsi potensial untuk mengangkut LNG dari PT Badak NGL ke konsumen yang tersebar di pasar domestik, khususnya di Kalimantan dan sekitarnya. Dalam melakukan analisis bisnis beberapa metode digunakan, antara lain PESTLE, Porter’s Five Forces, Strategy Diamond Model dan SWOT Analysis. Penelitian ini juga menggunakan model Supply Chain Operation Reference (SCOR) dengan pendekatan proses dan kinerja sebagai kerangka penelitian untuk analisis data. Terdapat 24 metrik kinerja yangdipilih untuk pengukuran kinerja rantai pasok. Skor kinerjasecara keseluruhanberada pada level baik dengan nilai 72,27. Namun demikian, 3 metrik kinerja memiliki tingkat pencapaian yang rendah, terdiri atas persedian pasokan – bahan baku, pemanfaatan kapasitas, dan waktu siklus rencana produksi. Rendahnya pencapaian tersebut mengindikasikan permasalahan utama, yaitu tantangan terhadap sumber daya gas yang berkelanjutan di Kalimantan Timur, keterbatasan infrastruktur pendukung rantai pasok LNG skala kecil, dan ketidakefektifan implementasi rantai pasok. Berdasarkan hasil pengamatan dan evaluasi, beberapa solusi diusulkan untuk mengatasi masalah tersebut. Untuk mengatasi kekurangan bahan baku di masa yang akan datang, perlu dibangun fasilitas LNG hub di PT Badak NGL. Untuk meningkatkan pemanfaatan kapasitas, diperlukan berbagai moda transportasi untuk mendukung rantai pasok LNG skala kecil, antara lain membangun dermaga kargo LNG untuk mengakomodasi rantai pasok LNG melalui kapal Landing Craft Tank (LCT) atau tongkang serta memodifikasi Loading Dock #3 untuk pengoperasian kapal LNG kecil. Selain itu, untuk meningkatkan efektivitas rantai pasok LNG skala kecil, diperlukan hubungan dan koordinasi yang baik antara para pemangku kepentingan.