digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Hafizh Kus Rizkytama
PUBLIC Yoninur Almira

BAB 1 Hafizh Kus Rizkytama
PUBLIC Yoninur Almira

BAB 2 Hafizh Kus Rizkytama
PUBLIC Yoninur Almira

BAB 3 Hafizh Kus Rizkytama
PUBLIC Yoninur Almira

BAB 4 Hafizh Kus Rizkytama
PUBLIC Yoninur Almira

BAB 5 Hafizh Kus Rizkytama
PUBLIC Yoninur Almira

BAB 6 Hafizh Kus Rizkytama
PUBLIC Yoninur Almira

PUSTAKA Hafizh Kus Rizkytama
PUBLIC Yoninur Almira

2022 TS PP HAFIZH KUS RIZKYTAMA_JURNAL.pdf?
Terbatas Yoninur Almira
» ITB

Dunia pelayaran turut berperan dalam menghasilkan emisi gas CO2 yang berdampak buruk pada lingkungan dan menyebabkan perubahan iklim, sehingga dibutuhkan pengukuran serta pembatasan emisi gas CO2 terhadap operasional kapal. International Maritime Organization (IMO) mengembangkan suatu pengukuran yang ditujukan untuk mengurangi emisi gas buang kapal yaitu Energy Efficiency Operational Indicator (EEOI). Penelitian ini bertujuan untuk menentukan titik kecepatan operasional kapal yang optimal guna mengurangi emisi gas CO2 melalui pendekatan EEOI dengan membandingkan formulasi EEOI Actual dari kapal dan EEOI Predicted dari parameter kondisi lingkungan pelayaran. Persentase selisih kedua nilai tersebut merepresentasikan faktor kekasaran lambung dan degradasi performa permesinan kapal. Optimasi dilakukan dengan memadukan formulasi EEOI, tahanan tambahan kapal, serta penurunan fungsi kubik antara kecepatan dan daya. Hasilnya dari 12 round voyage pada kapal penumpang jadwal tetap (liner) KM. Sabuk Nusantara 104 diperoleh persentase selisih nilai EEOI 4,421%. Nilai tersebut digunakan sebagai basis dalam optimasi, dimana dengan menurunkan kecepatan sebesar 0,5 knot menjadi 9,5 knot maka emisi gas CO2 turun 1,49% namun waktu layar bertambah 9,02%, dan jika kecepatan diturunkan sebesar 1,25 knot menjadi 8,75 knot, emisi gas CO2 turun 8,61% dan waktu layar bertambah 23,37%. Hasil setelah dilakukan docking kapal terhadap emisi gas CO2 adalah turunnya persentase nilai selisih EEOI Predicted dan Actual menjadi hanya sebesar 0,25%. Kondisi lingkungan pelayaran, faktor kekasaran lambung (hull fouling) dan degradasi permesinan kapal (machinery degradation), serta jenis dan kualitas bahan bakar minyak yang digunakan berperan penting pada tingkat emisi gas CO2 sehubungan dengan laju konsumsi bahan bakar minyak namun berimbas juga terhadap durasi waktu tempuh layar. Dalam aspek teknis, penurunan kecepatan menjadi 8,75 knot dapat diaplikasikan pada kapal KM. Sabuk Nusantara 104 pada kondisi lingkungan pelayaran yang sama, namun dalam aspek operasional harus dilakukan pertimbangan tujuan program pelayaran pada faktor 3P (People, Planet, Profit) dalam penerapannya.