Latar Belakang: Pegawai shift memiliki ritme kirkadian yang terganggu dengan
waktu istirahat yang digunakan untuk bekerja. Pada bidang transportasi, pegawai
memiliki waktu kerja yang berubah-ubah, tempat istirahat yang berbeda dan
aktivitas fisik yang terganggu. Hal ini bisa memperburuk kualitas tidur dan
berdampak negatif pada kesehatan seperti obesitas, diabetes, kanker, penyakit
jantung koroner dan penurunan kognitif. Salah satu cara untuk mengurangi resiko
ini adalah dengan meningkatkan kualitas tidur yang bisa dilakukan dengan
olahraga. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui dampak olahraga terhadap
kualitas tidur pegawai shift malam yang bekerja di transportasi kereta. Metode: 445
responden telah mengisi kuesioner aktivitas fisik (International Physical Activity
Questionnaire) dan kualitas tidur (The Pittsburgh Sleep Quality Index Questioner)
yang kemudian dipilah berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi sehingga
didapatkan 186 subjek penelitian. Data yang dikumpulkan kemudian dianalisis
dengan Spearman’s Correlation. Hasil: Hasil uji statistik menunjukan adanya
korelasi antara jumlah shift malam dengan kualitas tidur (?=0.205) dan aktivitas
fisik (?=0.187). Jika dilihat per komponen kualitas tidur dan aktivitas fisik, jumlah
shift malam berkorelasi dengan durasi aktivitas fisik menengah (?=0.200), durasi
aktivitas berjalan (?=0.224), kualitas tidur subjektif (?=0.216) dan latensi tidur
(?=0.192). Selain itu jumlah hari aktivitas berat berkorelasi dengan kualitas tidur
secara global (?=-0.174) dan latensi tidur (?=-0.166), latensi tidur pun berkorelasi
dengan durasi aktivitas berat (?=0.154). Kesimpulan: Penelitian ini menunjukan
bahwa semakin banyak jumlah hari berolahraga maka kualitas tidur semakin baik
meskipun memiliki jumlah shift malam yang banyak.