digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Kaim Maspudin
PUBLIC Irwan Sofiyan

COVER Kaim Maspudin
PUBLIC Irwan Sofiyan

BAB 1 Kaim Maspudin
PUBLIC Irwan Sofiyan

BAB 2 Kaim Maspudin
PUBLIC Irwan Sofiyan

BAB 3 Kaim Maspudin
PUBLIC Irwan Sofiyan

BAB 4 Kaim Maspudin
PUBLIC Irwan Sofiyan

BAB 5 Kaim Maspudin
PUBLIC Irwan Sofiyan

PUSTAKA Kaim Maspudin
PUBLIC Irwan Sofiyan

Pencemaran logam berat merupakan permasalahan lingkungan yang harus segera ditangani, karena merugikan lingkungan dan ekosistem secara umum. Salah satu logam berat yang dapat menurunkan kualitas air adalah timbal (Pb). Logam timbal (Pb) merupakan logam yang banyak digunakan di industri non pangan. Kadar timbal (Pb) yang tinggi dapat mengganggu kelangsungan hidup organisme akuatik dan kesehatan manusia. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 22 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, nilai ambang batas kandungan timbal (Pb) adalah 0,03 mg/L. Namun, masih banyak area perairan yang mengandung timbal di atas nilai ambang batas tersebut salah satunya di sungai Citarum (0,01-0,08 mg/L) dan Rancaekek (0,05 mg/L). Biosurfaktan anionik memiliki kemampuan untuk adsorpsi ion logam berat. Penelitian ini dilakukan untuk menguji aktivitas biosurfaktan anionik dalam proses adsorpsi ion logam berat Pb. Penelitian dilakukan melalui tiga tahap, yaitu skrining isolat bakteri (uji muatan, indeks emulsifikasi), karakterisasi biosurfaktan (CMC, drop collapse assay, uji stabilitas), dan uji adsorpsi ion logam berat Pb (analisis AAS). Uji stabilitas biosurfaktan dilakukan dengan analisis response surface method (RSM). Metode RSM digunakan untuk melihat pengaruh faktor pH (3, 6, 9), suhu (4oC, 42oC, 80oC), dan salinitas (2 g/L; 8,5 g/L; 15 g/L) terhadap stabilitas aktivitas biosurfaktan. Hasil uji muatan menunjukkan bahwa terdapat tiga isolat bakteri yang menghasilkan biosurfaktan anionik (isolat 9, 16, 17) dengan nilai CMC 0,15 g/L. Hasil uji adsorpsi awal menunjukkan isolat nomor 16 memiliki kapasitas adsorpsi lebih baik (2,58 mg/g) daripada isolat 9 (2,24 mg/g) dan isolat 17 (1,84 mg/g). Berdasarkan analisis RSM biosurfaktan dari isolat bakteri 16 stabil pada suhu 4oC-80oC, salinitas 2-15%, dan pH 3-8. Hasil optimasi CMC dan waktu kontak menunjukkan bahwa kondisi optimum dalam adsorpsi ion logam Pb adalah pada 2 CMC dan waktu kontak 15 menit dengan penurunan konsentrasi Pb sebesar 2,2 ppm dan kapasitas adsorpsi biosurfaktan sebesar 7,13 mg/g. Penurunan konsentrasi ion logam berat Pb di air sawah Rancaekek setelah adsorpsi dengan biosurfaktan 16 adalah 0,08 ppm (penurunan 9,8%) dan kapasitas adsorpsi biosurfaktannya sebesar 0,26 mg/g. Sedangkan pada air sungai Citarum mengalami penurunan konsentrasi Pb sebesar 0,2 ppm (penurunan 20%) dan kapasitas adsorpsi biosurfaktannya sebesar 0,6 mg/g. Hasil penelitian menunjukkan bahwa isolat bakteri dengan kode 16 mampu menghasilkan biosurfaktan anionik yang berpotensi dalam adsorpsi ion logam berat timbal (Pb) dan kondisi adsorpsi optimumnya adalah pada 2 CMC dan waktu kontak 15 menit.