Masyarakat adat Kasepuhan Ciptagelar merupakan suatu kelompok sosial Sunda
yang menjalankan kehidupannya berdasarkan tatanan adat warisan leluhur. Mereka
memiliki karakteristik sistem sosial, cara hidup, cara berpikir, pengetahuan,
perangkat nilai dan kepercayaan tersendiri. Manifestasinya dapat ditemukan dalam
berbagai artefak budaya. Lisung adalah artefak budaya yang berelasi dengan
keyakinan setempat bahwa bertani merupakan pekerjaan terbaik dan ajaran
kehidupan yang paling hakiki. Pada penelitian ini, proses pencarian makna lisung
akan dilakukan berdasarkan keilmuan seni rupa dan desain. Ada tiga tahap yang
ditetapkan, diawali dengan tahap kajian aspek rupa lisung. Dilanjutkan ke tahap
kedua yang merelasikan aspek rupanya sebagai ungkapan simbolik. Tahap ketiga
merupakan tahap legitimasi lisung yang berelasi dengan falsafah masyarakat adat
Kasepuhan Ciptagelar.
Penelitian aspek simbolik lisung dilakukan berdasarkan pemahaman dan
pengalaman warga Kampung Gede Ciptagelar. Untuk itu paradigma penelitian
yang ditetapkan adalah fenomenologi dengan etnografi sebagai metode
penelitiannya. Metode etnografi dilakukan dengan strategi tracking. Teknik
validasi data dilakukan melalui triangulasi. Model triangulasi yang ditetapkan pada
penelitian ini adalah triangulasi sumber untuk mendapatkan obyektifitas temuan
melalui tiga sumber data berupa data lapangan, wawancara dan pustaka. Tujuan
penelitian adalah memahami relasi antara aspek rupa dan guna lisung, mengungkap
pengetahuan lokal yang memberi nilai dan tafsir tertentu pada lisung, dan
menemukan makna lisung yang bersifat kultural khususnya Sunda.
Temuan penelitian adalah bahwa lisung tidak dapat digantikan oleh alat apapun.
Kehadiran fisik lisung menjadi narasi tentang (a) idealisme perempuan Sunda,
perempuan dengan sikap bathin seorang istri yang mengabdi pada pasangan dan
keluarganya, (b) penyatuan laki-laki dengan perempuan sebagai dua karakter yang
saling mengadakan kehidupan baru dan (c) daur kehidupan mahluk hidup. Sikap
menghormati lisung bahwasanya dapat diidentifikasi dari perlakuan tertentu.
Pemaknaan lisung adalah upaya memaknai kehidupan. Dalam konteks tindakan,
upaya pemaknaan dimanifestasikan sebagai konsep spasial (segitiga, linear dan
memusat), esensi penyucian kembali dan pengingat kefanaan manusia. Faktor-
faktor pemaknaan lisung dalam konteks artefak dan tindakan menemukan irisan
berupa konsep harmoni berpasangan atau sakuren.