digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Andika Bayu Prasetya
PUBLIC Dewi Supryati

PT XYZ mengalami permasalahan terkait pemborosan berat berlebih (overweight loss) produk pada lajur produksi 1. Pemborosan berat berlebih terjadi ketika satu slug Biskuit X memiliki berat di atas Upper specification limit (USL) dan pemborosan berat berlebih adalah penyebab kerugian material terbesar di PT XYZ. Pengurangan pemborosan berat berlebih pada lajur 1 PT XYZ dilakukan dengan prinsip-prinsip Lean Six Sigma. Prinsip-prinsip Lean Six Sigma umum digunakan untuk mengurangi pemborosan dan meningkatkan kapabilitas proses. Adapun metode yang digunakan adalah penentuan Critical to Quality (CtQ), pemetaan proses, perancangan eksperimen, dan merumuskan serta melaksanakan perbaikan untuk meningkatkan kapabilitas proses. Proses pada lajur 1 yang menjadi fokus utama adalah proses forming, baking, dan packaging. CtQ berfokus pada karakteristik keseragaman bentuk dan berat biskuit yaitu berat adonan, berat basecake, berat biskuit, ketebalan biskuit, dan diameter biskuit. Perancangan eksperimen difokuskan untuk mengoptimasi tiga variabel yang berpengaruh pada keseragaman wujud biskuit jadi yaitu; berat amonium bikarbonat pada proses mixing dan setelan parameter mesin pada area forming yaitu ketebalan gaugeroll 3 dan kecepatan konveyor. Dilakukan beberapa perbaikan di proses forming, baking, dan oiling machine. Perbaikan yang dilaksanakan adalah penggantian konveyor dan diubahnya skema rotary cutter yang semula roll ganda menjadi roll tunggal, modifikasi pada filtrasi tangki sedimentasi oiling machine, disusun SOP pembersihan oiling machine, dan ditentukannya parameter optimum. Setelah rangkaian perbaikan tersebut dituntaskan, diketahui bahwa pemborosan berat berlebih yang baseline semula 9% mengalami penurunan secara absolut menjadi 5.6% di akhir penelitian. Penghematan dari penurunan pemborosan berat berlebih tersebut setara dengan nilai uang sebesar Rp. 122,286,793.38/bulan. Kata kunci: