digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Rhesa Muhammad Faisal
PUBLIC Alice Diniarti

COVER Rhesa Muhammad Faisal
PUBLIC Alice Diniarti

BAB 1 Rhesa Muhammad Faisal
PUBLIC Alice Diniarti

BAB 2 Rhesa Muhammad Faisal
PUBLIC Alice Diniarti

BAB 3 Rhesa Muhammad Faisal
PUBLIC Alice Diniarti

BAB 4 Rhesa Muhammad Faisal
PUBLIC Alice Diniarti

BAB 5 Rhesa Muhammad Faisal
PUBLIC Alice Diniarti

Enhanced Oil Recovery (EOR) sudah cukup lama menjadi subjek penelitian untuk mengatasi penurunan produksi di lapangan minyak. Low salinity waterflooding merupakan salah satu injeksi EOR yang dapat meningkatkan efisiensi sapuan dari injeksi di dalam pori skala mikro dengan memodifikasi sifat kebasahan batuan. Referensi studi menunjukkan injeksi low salinity waterflooding dapat meningkatkan faktor perolehan 3% hingga 90%. Metode analisis EOR yang saat ini paling menjanjikan adalah microfluidic micromodel, yaitu model transparan 2-D struktur porous dari core. Dengan menggunakan micromodel ini dapat diperoleh visualisasi aliran fluida di dalam struktur pori skala mikro dan dapat dilakukan analisis perolehan minyak yang dapat tercapai dari aplikasi EOR. Pada tesis ini, alat microfluidic test kit dengan kapasitas laju alir 0,01–100 ?L/menit dan tekanan 0–50 psig didesain dan difabrikasi kemudian dilakukan pengujian 7 skenario injeksi larutan dengan berbagai salinitas dan membandingkan recovery factor (RF) yang diperoleh. Pola batuan homogen digunakan dalam mendesain microfluidic chip berbahan dasar PMMA Poly(methyl methacrylate) dengan porositas 27,8 % dan permeabilitas 2,8 Darcy. Fluida minyak yang digunakan memiliki °API sebesar 31,9, sedangkan air formasi memiliki pH 7,5 dan salinitas 10.958 ppm. Larutan injeksi yang digunakan yaitu NaCl dan CaCl2 dengan variasi salinitas 600, 6.000 dan 11.000 ppm. Eksperimen dilakukan pada suhu 80 – 84°C dan tekanan atmosferik. Proses injeksi direkam menggunakan mikroskop untuk kemudian diolah menggunakan program berbahasa Python hingga mendapatkan data saturasi dan faktor perolehan. Injeksi menggunakan air formasi menghasilkan RF sebesar 13%. Peningkatan RF teramati pada injeksi larutan NaCl dan CaCl2 dengan salinitas yang lebih rendah dibandingkan air formasi. Injeksi larutan CaCl2 6.000 ppm menghasilkan RF paling besar hingga 33%.