digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Tesis_Linda Bestari Hilimi_25319034.pdf?
PUBLIC Garnida Hikmah Kusumawardana

Sejak disahkan sebagai Ibu Kota Negara pada tahun 1964, jumlah penduduk DKI Jakarta terus mengalami peningkatan. Jumlah penduduk dapat meningkatkan tingkat emisi gas rumah kaca. Hal ini disebabkan emisi GRK berasal dari kegiatan antropogenik (campur tangan manusia) seperti penggunaan energi yang dapat menghasilkan emisi CO2 dan limbah yang dihasilkan berkontribusi terhadap pembentukan emisi CH4 dan lain sebagainya. Pemerintah berupaya untuk memperbaiki kualitas lingkungan DKI Jakarta dengan membuat kebijakan memindahkan IKN ke Kalimantan Timur. Sehingga diharapkan jumlah penduduk DKI Jakarta berkurang dan tingkat emisi GRK menurun. Dinamika perpindahan penduduk dan perubahan tingkat emisi DKI Jakarta dapat dimodelkan dengan menggunakan perangkat lunak STELLA 9.1.3 dengan pendekatan sistem dinamik. Penggunaan metode sistem dinamik erat berhubungan dengan pola tingkat laku yang dibangkitkan oleh sistem seiring bertambahnya waktu. Hasil simulasi BAU penduduk DKI Jakarta meningkat dari tahun 2010 sebesar 8.524.152 jiwa ke tahun 2037 sebesar 12.210.557 jiwa. Hal ini berbanding lurus dengan simulasi BAU tingkat emisi GRK, di mana tahun 2010 tingkat emisi sebesar 35.931 Gg CO2-eq meningkat menjadi 54.837 Gg CO2-eq pada tahun 2037. Setelah melakukan skenario pengurangan penduduk dan peningkatan ruang terbuka hijau, tingkat emisi GRK tahun 2024 secara optimis berkurang 13,072%, secara moderat berkurang sebesar 7,86% dan secara pesimis berkurang sebesar 2,89%. Skenario dilakukan dengan menetapkan asumsi bahwa perpindahan penduduk hanya akan mempengaruhi tingkat emisi GRK di subsektor rumah tangga, limbah padat, limbah cair, transportasi dan tingkat emisi GRK.