digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Lamun merupakan tumbuhan yang hidup di daerah pesisir pada kedalaman air 0,5 hingga 10 meter. Hamparan lamun yang di dalamnya terjadi interaksi antara komponen biotik dengan abiotik membentuk ekosistem padang lamun. Ekosistem tersebut menjadi habitat yang dimanfaatkan oleh berbagai kelompok organisme, antara lain megabenthos. Megabenthos merupakan hewan invertebrata yang hidup di dalam atau pada permukaan substrat dan berukuran lebih besar dari 1 cm. Kelompok hewan ini mudah ditemukan pada perairan yang kondisinya baik dan terjaga, misalnya di kawasan konservasi seperti Taman Nasional Komodo di Nusa Tenggara Timur. Tujuan dari penelitian ini adalah: (1) mendeskripsikan komunitas megabenthos di pantai Pulau Papagarang, Taman Nasional Komodo; (2) membandingkan kondisi komunitas megabenthos di lokasi dekat pemukiman dengan lokasi yang jauh dari pemukiman; dan (3) menganalisis hubungan antara tutupan lamun dengan keanekaragaman megabenthos. Komunitas megabenthos dideskripsikan berdasarkan komposisi, kelimpahan, kekayaan, kemerataan dan keanekaragaman spesies. Pengambilan data dilakukan bulan Januari 2021 pada dua stasiun berbeda, yaitu Stasiun 1 yang berada dekat dengan pemukiman, dan Stasiun 2 yang terletak agak jauh dari pemukiman. Metode yang digunakan untuk analisis vegetasi lamun adalah metode SeagrassWatch, yaitu dengan membuat tiga buah transek 50 meter ke arah laut dan pada setiap interval 5 meter membuat plot kuadrat 50x50 cm; kemudian mencatat spesies dan penutupan lamun yang dijumpai dalam setiap plot. Jarak antara transek paralel adalah 25 m. Pencuplikan data megabenthos dilakukan dengan metode benthos belt transect yaitu dengan membuat tiga buah transek sepanjang 70 meter ke arah laut, kemudian mencatat megabenthos yang dijumpai dengan jarak observasi 1 meter ke arah kiri dan kanan transek. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat minimal 10 spesies megabenthos, yaitu Synapta maculata, Holothuria scabra, Diadema setosum, Echinothrix calamaris, Brissus latecarinatus, Protoreaster nodosus, Fromia milleporella, Nassarius graphiterus, Cymbiola vespertilio, dan Melo sp. Kelimpahan megabenthos di Stasiun 1 sebesar 0,298 individu/m2, di Stasiun 2 sebesar 0,112 individu/m2 dan kelimpahan gabungan berdasarkan data kedua stasiun adalah 0,410 individu/m2. Indeks keanekaragaman megabenthos Stasiun 1 adalah sebesar 0,950 dan tergolong rendah, di Stasiun 2 sebesar 1,460 dan tergolong sedang, sementara indeks keanekaragaman gabungan adalah sebesar 1,175 dan tergolong sedang. Indeks kemerataan megabenthos Stasiun 1 sebesar 0,489, di Stasiun 2 sebesar 0,701, dan indeks gabungannya adalah 0,510. Nilai korelasi antara tutupan lamun dengan keanekaragaman megabenthos sebesar 0,783 mengindikasikan adanya hubungan yang kuat; dengan nilai koefisien determinasi sebesar 0,614. Hasil analisis ini menunjukkan bahwa peningkatan nilai tutupan lamun cenderung diikuti peningkatan nilai keanekaragaman megabenthos.