Komik merupakan sebuah refleksi pemikiran, pandangan, dan kenyataan visual
yang terjadi pada satu tempat atau satu masa yang direpresentasikannya. Refleksi
atas pandangan suatu kelompok terkait nilai-nilai abstrak yang mereka yakini
secara implisit juga akan memengaruhi produk budaya populer yang diproduksi.
Hal ini tentu tidak mengecualikan masyarakat Indonesia akan pola preferensi
mereka terhadap genre-genre tertentu pada produk budaya populer yang mereka
konsumsi, webtoon horor merupakan salah satu dari mereka. Popularitas media
horor di Indonesia dapat dijelaskan dengan mengaitkan kejiwaan (psyche) dan
nilai-nilai ketimuran yang diemban masyarakat Indonesia yang selalu
bersinggungan erat dengan mistisisme dan kejadian-kejadian supernatural tipikal
kepercayaan penduduk setempat. Paparan ini dibuktikan dengan fakta bahwa
pembaca webtoon horor di Indonesia memang memiliki kecenderungan terhadap
narasi-narasi yang mengangkat tema mistisisme lokal, tema besar ini termasuk di
dalamnya namun tidak terbatas kepada hantu, kutukan, praktik perdukunan, pamali,
dsb.
Sebagai medium yang memanfaatkan teknologi komunikasi (ponsel dan jejaring
internet) dalam penyampaiannya, webtoon memiliki struktur yang sama sekali
berbeda dengan komik cetak meskipun ia masih tergolong ke dalam kategori seni
sekuensial. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis bagaimana struktur visual
dan narasi dari webtoon horor Indonesia membangun atmosfer horor dan menarik
pembaca masuk ke dalam dimensi horor yang berlarut-larut.
Peneliti menggunakan metode analisis kualitatif dengan objek kajian berupa tiga
judul webtoon horor Indonesia yang dipilih berdasarkan pemetaan webtoon horor
Indonesia terkait pola-pola khusus yang muncul. Ketiga judul webtoon ini
menerapkan pendekatan naratif dan visual yang berbeda antara satu dengan yang
lainnya untuk mencegah terjadinya bias terhadap hasil analisis. Aplikasi model
analisis triangulasi Zpalanzani-Tabrani dan Cohn diterapkan sebagai metodologi
analisis untuk mengetahui aspek tak teraga yang berkaitan dengan narasi, aspek
teraga yang berkaitan dengan visualisasi, serta aspek sekuen yang berkaitan dengan
urutan kejadian dan susunan adegan pada panel-panel sebagai satu narasi yang
padu. Beberapa unit analisis seperti analisis terhadap ruang gutter, analisis terhadap
warna, serta analisis terhadap respon afektif yang muncul dari struktur sekuen
ditambahkan ke dalam model analisis triangulasi untuk menyesuaikan metodologi
dengan objek penelitian berupa webtoon horor. Model analisis triangulasi
Zpalanzani-Tabrani dan Cohn merupakan pengembangan lebih lanjut dari model
analisis triangulasi Zpalanzani yang digunakan dalam menganalisis struktur
penceritaan dan struktur visual komik perempuan Indonesia.
Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat kemiripan idiom antara webtoon horor
dan film horor, baik dari segi komposisi visual, aspek visual pembangun, maupun
dari segi sekuensi dalam membangun atmosfer horor karena keduanya merupakan
media visual yang ukurannya akan selalu terbatas kepada aspek rasio layar. Gutter
memiliki peran yang krusial pada webtoon horor dalam membentuk pace yang
melambat atau yang dikenal dengan istilah alih slow motion pada prinsip tata
bahasa rupa Tabrani. Pendekatan ini tidak akan dapat dicapai komik cetak
konvensional karena ia tidak mampu memanipulasi ukuran ruang gutter yang
tercipta dari adanya kumpulan panel.