Pleurotus giganteus merupakan jamur yang ditemukan di sekitar kawasan Gunung Geulis, Sumedang, Jawa Barat. Budidaya jamur ini memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai bahan pangan. Oleh karena itu, pada penelitian ini dilakukan eksplorasi hingga penyusunan strategi pengembangan terhadap karakter jamur P. giganteus. Pertama, eksplorasi dilakukan dengan simulasi produksi. Hasil menunjukkan bahwa produktivitas rata-rata sebesar 37,39% (berat basah biomassa tubuh buah per berat basah substrat sisa), biological efficiency rata-rata sebesar 72,48% (berat basah biomassa tubuh buah per berat kering substrat awal), terdapat biomassa residu dengan rasio 0,121 terhadap biomassa bersih tubuh buah, mengalami maksimal tiga kali panen dalam masa budidaya, cenderung tidak berumpun. Ukuran morfologi cenderung seragam dengan standar deviasi yang rendah. Selanjutnya, hasil panen diuji tingkat kesukaannya secara organoleptik. Terdapat empat sampel yang digunakan. Tiap sampel dibandingkan dengan menggunakan analisis Kruskal Wallis. Hasil menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan signifikan dari karakter rasa (p-value 0,521) dan overall (p-value 0,161). Terdapat perbedaan signifikan pada karakter aroma (p-value 0,02), terutama pada sampel tudung jamur P. giganteus yang menyengat dan cenderung kurang sedap. Terdapat perbedaan signifikan pada karakter tekstur (p-value 0,000), terutama pada sampel stipe jamur P. giganteus yang keras dan alot. Kemudian dilakukan penentuan prioritas atribut berdasarkan tingkat kepercayaan (bi) dan tingkat evaluasi (ei). Selanjutnya, hasil divisualisasi pada diagram Kartesius IPA (Importance Performance Analysis). Hasil menunjukkan bahwa atribut jamur yang diprioritaskan adalah rasa yang enak, bebas dari kontaminan, mudah diperoleh, dan memiliki manfaat kesehatan. Harga yang terjangkau dan atribut tekstur yang kenyal merupakan atribut dengan prioritas rendah. Hasil-hasil eksplorasi dialurkan pada faktor internal dan eksternal dari karakter dasar P. giganteus. Kemudian digunakan untuk menyusun strategi dengan matriks TOWS. Strategi-strategi tersebut selanjutnya dikategorikan ke dalam empat kategori, yaitu eksplorasi karakter dasar, pengembangan sebagai bahan baku, pengembangan sebagai produk olahan, dan pengembangan teknologi produksi. Untuk menentukan urutan prioritas dari keempat kategori strategi ini, dilakukan Analytical Hierarchy Process (AHP). Hasil dari prioritas tertinggi ke terendah berturut-turut adalah pengembangan sebagai produk olahan (0,411), pengembangan teknologi produksi (0,312), pengembangan sebagai bahan baku (0,229), dan eksplorasi karakter dasar (0,049).