Kota Surakarta telah berkembang sejak lebih dari seratus tahun yang lalu. Kota ini
memiliki salah satu jejak peninggalan kejayaan Keraton Mataram Islam di Pulau Jawa
yaitu dengan adanya Keraton Kasunanan Surakarta. Perkembangan kota dan keraton
tersebut tidak dapat dilepaskan dari keberadaan Kawasan Baluwarti sebagai kawasan yang
dulunya menjadi kawasan penyangga yang sakral dari keraton dan wilayah kekuasaannya
dan sekarang menjadi kawasan pusaka. Pasca kemerdekaan Indonesia, identitas kawasan
penyangga yang sakral dari keraton ini mengalami perubahan karena dinamika kekuasaan
dan perkembangan zaman. Oleh karena itu, penelitian ini bermaksud untuk menguraikan
unsur-unsur identitas Kawasan Baluwarti agar pengembangan kawasan nantinya dapat
mengarah pada upaya pelestarian kawasan sebagai kawasan cagar budaya. Studi literatur,
observasi, dan wawancara menjadi teknik pencarian data dari penelitian ini. Kajian
literatur mengenai konsep identitas tempat seperti teori identity of place, place identiy, dan
teori citra kota menjadi langkah awal yang dilakukan untuk dapat mengidentifikasi
komponen dan variabel penelitian dan sebagai dasar untuk mencari data di lapangan
(observasi maupun wawancra). Pada proses pencarian data, studi wawancara dilakukan
kepada lima kelompok masyarakat yang tinggal di Baluwarti yaitu kelompok bangsawan,
abdi dalem, keturunan abdi dalem, dan masyarakat pendatang. Dari beberapa langkah
studi yang dilakukan, ditemukan bahwa elemen pembentuk identitas di Baluwarti yang
paling kuat bertahan hingga saat ini adalah keberadaan Keraton sebagai landmark dan
tembok benteng atau tembok Baluwarti (edge) sebagai penanda kawasan. Bangunan
bersejarah dan kegiatan seni budaya di Baluwarti menjadi aspek yang memiliki nilai
familiarity yang tinggi sebagai bagian dari identitas kawasan Baluwarti. Dalam aspek
kontinuitas, elemen district kampung abdi dalem adalah elemen identitas kawasan yang
paling tidak mampu mempertahankan karakteristiknya. Unsur dan aspek yang membentuk
identitas Baluwarti tersebut dapat dilestarikan dengan cara membuat konsep kegiatan
budaya masyarakat yang dapat mengembalikan memori identitas dari masing-masing
kampung. Pelestarian elemen identitas paling kuat di Baluwarti dan upaya revitalisasi dari
elemen identitas yang lain dapat dipadukan dan menciptakan Kawasan Baluwarti sebagai
destinasi wisata pusaka di Kota Surakarta.