digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Fani Putri Utami
PUBLIC Irwan Sofiyan

COVER Fani Putri Utami
PUBLIC Irwan Sofiyan

BAB 1 Fani Putri Utami
PUBLIC Irwan Sofiyan

BAB 2 Fani Putri Utami
PUBLIC Irwan Sofiyan

BAB 3 Fani Putri Utami
PUBLIC Irwan Sofiyan

BAB 4 Fani Putri Utami
PUBLIC Irwan Sofiyan

BAB 5 Fani Putri Utami
PUBLIC Irwan Sofiyan

BAB 6 Fani Putri Utami
PUBLIC Irwan Sofiyan

PUSTAKA Fani Putri Utami
PUBLIC Irwan Sofiyan

Saat ini, kebutuhan untuk melakukan perjalanan sudah menjadi hal yang tidak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari. Tidak dapat dipungkiri bahwa kemacetan menjadi salah satu hal yang dapat menghambat suatu perjalanan. Selain itu, kemacetan juga merupakan suatu masalah yang sangat serius dikarenakan memiliki dampak terhadap kinerja dan pelayanan dari suatu sistem transportasi di Indonesia. Banyak faktor yang dapat menyebabkan kemacetan diantaranya ketidakseimbangan volume kendaraan dengan kapasitas jalan, kerusakan infrastruktur, kesalahan dalam penentuan alokasi dan rentang lampu hijau disetiap lampu lalu lintas serta perilaku pengendara dalam mengendarai kendaraannya. Sistem Manajemen lalu lintas dinamik merupakan penyelesaian untuk mengurangi kemacetan yang terjadi, dengan meningkatkan kinerja dari suatu jaringan secara menyeluruh. Sistem manajemen lalu lintas dinamik merupakan suatu sistem yang mengalokasikan pemanfaatan infrastruktur dan armada kendaraan secara temporal dan spasial melalui sinyal dinamis. Salah satu strategi yang terdapat didalam sistem manajemen lalu lintas dinamik untuk meningkatkan kinerja dari suatu jaringan dan mengurangi tingkat kemacetan adalah kontrol sinyal lalu lintas. Kontrol sinyal lalu lintas merupakan suatu sistem kontrol yang digunakan untuk mengatur kendaraan melalui lampu lalu lintas sehingga menghasilkan kondisi lalu lintas dengan keluaran yang maksimal, panjang antrian yang tidak menumpuk, dan waktu tempuh yang sedikit. Pada penelitian ini, dilakukan pengembangan dan simulasi pengontrolan lampu lalu lintas pada model jaringan lalu lintas kota Bandung menggunakan dua algoritma kontrol yaitu algoritma kontrol Max-pressure dan SCATS. Masing-masing algoritma kontrol ini memiliki sistem kerja yang berbeda. Pada algoritma kontrol Max-pressure Slotted Time, alokasi waktu lampu hijau diperoleh dengan membandingkan hasil akumulasi nilai Max-pressure tiap fase di setiap persimpangan. Fase yang memiliki hasil akumulasi nilai Max-pressure terbesar akan diberikan waktu lampu hijau selama satu slot waktu dengan interval waktu saat itu dan akan mendapatkan prioritas lampu hijau. Sementara pada algoritma kontrol Max-pressure Cycle Time, nilai bobot Max-pressure tiap fase akan menentukan lama alokasi lampu hijau yang diberikan pada siklus selanjutnya. Pada algoritma kontrol SCATS, alokasi waktu lampu hijau dipilih berdasarkan nilai degree of saturation (DoS) plan yang paling minimum yang mana nilai DoS plan yang paling minimum akan mengaktifkan plan lampu hijau tersebut. Berdasarkan hasil simulasi pada diagram MFD dan grafik waktu tempuh, algoritma Max-pressure dengan skenario Slotted Time dan Cycle Time terbukti mampu mengurangi panjang antrian dan mengurai kemacetan di beberapa ruas jalan terutama di Jl. Lembong, Jl. Veteran, dan Jl. Tamblong. Hal itu terlihat pada nilai densitas, nilai arus kendaraan maksimum, dan nilai waktu tempuh yang dihasilkan dari ketiga pengontrol tersebut. Pada evaluasi diagram MFD, nilai densitas yang dihasilkan dari algortima Max-pressure Slotted Time, Max-pressure Cycle Time dan SCATS yaitu 316,07 kendaraan/km, 327,56 kendaraan/km, dan 370,59 kendaraan/km. Sedangkan nilai arus kendaraan maksimum yang dihasilkan dari ketiga algortima tersebut yaitu 3231,90 kendaraan/jam, 3058,67 kendaraan/jam, dan 2981,72 kendaraan/jam. Dari nilai densitas dan nilai arus kendaraan, terbukti bahwa algoritma kontrol Max-pressure mampu memberikan performa yang lebih baik dibandingkan dengan algoritma SCATS. Dari hasil evaluasi grafik waktu tempuh, pengontrolan menggunakan algoritma Max-pressure menghasilkan nilai waktu tempuh yang lebih sedikit dibandingkan dengan pengontrolan menggunakan algoritma SCATS. Dapat dilihat dari waktu yang dibutuhkan untuk menempuh perjalanan dari Jl. Lembong menuju Jl. Lengkong Besar pada waktu sore hari sebesar 600 detik (10 menit), sedangkan dengan pengontrol SCATS waktu tempuh yang dihasilkan sebesar 1000 detik (16.7 menit). Hal ini membuktikan bahwa algoritma Max-pressure lebih adaptif dalam menangani perubahan demand terutama ketika pada waktu sore hari atau ketika puncak arus kendaraan di sore hari.