






Danau Batur dengan segala keindahan dan legenda Kebo Iwa yang melekat,
ternyata memiliki permasalahan yang cukup serius. Pada perkembangannya Danau
Batur memiliki tren kenaikan muka air dan volume air danau yang mengancam
keberadaan ladang, rumah, dan lokasi aktifitas warga. Selain itu pada tahun 2011
terjadi kematian masal ikan yang ada di Danau Batur. Hal tersebut diakibatkan
lepasnya gas CO2 ke dalam Danau Batur yang berasal dari aktivitas vulkanisme
Gunung Batur. Danau Batur sendiri memiliki sistem danau atau cekungan tertutup,
yaitu tidak memiliki aliran permukaan keluar dari Danau Batur. Penelitian saat ini
bertujuan menghasilkan kuantifikasi data dari aspek-aspek meteorologi dan
hidrogeologi yang berperan pada perubahan elevasi muka air Danau Batur. Lokasi
utama penelitian adalah Danau Batur dan sumber air di sekitar danau. Lokasi di luar
Kaldera Batur digunakan sebagai data pembanding untuk melihat variasi sifat fisik
dan kimia sumber air.
Geologi Batur menunjukkan material penyusun wilayah sekitar Danau Batur berupa
batuan piroklastik, lava berongga, dan lava pejal. Sedangkan secara hidrogeologi
menunjukkan sifat akuifer yang ada di Kaldera Batur, yaitu akuifer produktifitas
langka, akuifer produktivitas sedang dengan penyebaran luas, dan perairan (Danau
Batur). Pada lokasi Toya Bungkah 1 terdapat patahan yang menjadi jalan keluarnya
mata air panas. Dimungkinkan masih banyak patahan serupa, namun sudah
tertimbun oleh bangunan dan instalasi sumur untuk menyedot mata air panas.
Metode neraca air ini digunakan di rentang tahun 1998-2018 dengan melakukan
perhitungan pada data presipitasi, evapotranspirasi, run off, volume danau, fluktuasi
elevasi muka air danau, dan masukan air dari sistem airtanah. Selain itu digunakan
pula metode-metode pelengkap seperti pengambilan data fisik, kimia, dan isotop
air. Data pelengkap ini nantinya akan membantu dalam mendukung maupun
mengoreksi data neraca air. Parameter fisik air tepatnya nilai TDS menunjukan nilai
sekitar 1000 mg/L yang diperkirakan adalah air dari Deep Rock. Sedangkan secara
analisis ion utama, air Danau Batur masuk ke dalam tipe Na(K)Cl(SO4), mengandung natrium sulfat kalium sulfat, natrium klorida, dan kalium klorida.
Selanjutnya data pada diagram trilinier menunjukkan bahwa air Danau Batur
memiliki tipe air mixing. Menurut data isotop yang telah diolah, air Danau Batur
lebih berat dan tidak menunjukkan korelasi dengan air meteorik atau air hujan. Nilai
isotop Danau Batur memiliki pengkayaan hingga 8 kali lebih tinggi dari isotop air
hujan yang turun di Danau Batur.
Perhitungan neraca air Danau menghasilkan kuantitas dari masing-masing aspek
yang berperan pada perubahan muka air dan volume air Danau Batur. Nilai
koefisien run off yang digunakan adalah 0,27 setelah diolah dari data persen lereng
dan tutupan lahan. Jumlah run off diperoleh sebesar nilai dV/dt sebesar
45.491.339,50 m3 dari hasil kontribusi Rland 56.942.160,02 m3, Plake-Elake
152.261.372,32 m3, Gi-Go (stagnan) 98.618.883,30 m3, dan Gi-Go (tren naik)
145.209.335,74 m3. Tren naiknya elevasi muka air Danau Batur didukung oleh data
masukan air dari sistem airtanah yang cukup signifikan. Hasil tersebut didukung
oleh data momen aktivitas seismik vulkano yang bersamaan dengan momen
naiknya masukan air Danau Batur dari sistem air tanah. Selain itu didukung pula
terdapat kenaikan kantong magma dangkal dari hasil tomographic imaging. Semua
data tersebut saling mendukung dan menghasilkan model konseptual dari
hidrogeologi Kaldera Batur yang menggambarkan peran dari aktifitas permukaan
dan bawah permukaan terhadap tren kenaikan elevasi muka air dan volume air
Danau Batur.