digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Danau Batur dengan segala keindahan dan legenda Kebo Iwa yang melekat, ternyata memiliki permasalahan yang cukup serius. Pada perkembangannya Danau Batur memiliki tren kenaikan muka air dan volume air danau yang mengancam keberadaan ladang, rumah, dan lokasi aktifitas warga. Selain itu pada tahun 2011 terjadi kematian masal ikan yang ada di Danau Batur. Hal tersebut diakibatkan lepasnya gas CO2 ke dalam Danau Batur yang berasal dari aktivitas vulkanisme Gunung Batur. Danau Batur sendiri memiliki sistem danau atau cekungan tertutup, yaitu tidak memiliki aliran permukaan keluar dari Danau Batur. Penelitian saat ini bertujuan menghasilkan kuantifikasi data dari aspek-aspek meteorologi dan hidrogeologi yang berperan pada perubahan elevasi muka air Danau Batur. Lokasi utama penelitian adalah Danau Batur dan sumber air di sekitar danau. Lokasi di luar Kaldera Batur digunakan sebagai data pembanding untuk melihat variasi sifat fisik dan kimia sumber air. Geologi Batur menunjukkan material penyusun wilayah sekitar Danau Batur berupa batuan piroklastik, lava berongga, dan lava pejal. Sedangkan secara hidrogeologi menunjukkan sifat akuifer yang ada di Kaldera Batur, yaitu akuifer produktifitas langka, akuifer produktivitas sedang dengan penyebaran luas, dan perairan (Danau Batur). Pada lokasi Toya Bungkah 1 terdapat patahan yang menjadi jalan keluarnya mata air panas. Dimungkinkan masih banyak patahan serupa, namun sudah tertimbun oleh bangunan dan instalasi sumur untuk menyedot mata air panas. Metode neraca air ini digunakan di rentang tahun 1998-2018 dengan melakukan perhitungan pada data presipitasi, evapotranspirasi, run off, volume danau, fluktuasi elevasi muka air danau, dan masukan air dari sistem airtanah. Selain itu digunakan pula metode-metode pelengkap seperti pengambilan data fisik, kimia, dan isotop air. Data pelengkap ini nantinya akan membantu dalam mendukung maupun mengoreksi data neraca air. Parameter fisik air tepatnya nilai TDS menunjukan nilai sekitar 1000 mg/L yang diperkirakan adalah air dari Deep Rock. Sedangkan secara analisis ion utama, air Danau Batur masuk ke dalam tipe Na(K)Cl(SO4), mengandung natrium sulfat kalium sulfat, natrium klorida, dan kalium klorida. Selanjutnya data pada diagram trilinier menunjukkan bahwa air Danau Batur memiliki tipe air mixing. Menurut data isotop yang telah diolah, air Danau Batur lebih berat dan tidak menunjukkan korelasi dengan air meteorik atau air hujan. Nilai isotop Danau Batur memiliki pengkayaan hingga 8 kali lebih tinggi dari isotop air hujan yang turun di Danau Batur. Perhitungan neraca air Danau menghasilkan kuantitas dari masing-masing aspek yang berperan pada perubahan muka air dan volume air Danau Batur. Nilai koefisien run off yang digunakan adalah 0,27 setelah diolah dari data persen lereng dan tutupan lahan. Jumlah run off diperoleh sebesar nilai dV/dt sebesar 45.491.339,50 m3 dari hasil kontribusi Rland 56.942.160,02 m3, Plake-Elake 152.261.372,32 m3, Gi-Go (stagnan) 98.618.883,30 m3, dan Gi-Go (tren naik) 145.209.335,74 m3. Tren naiknya elevasi muka air Danau Batur didukung oleh data masukan air dari sistem airtanah yang cukup signifikan. Hasil tersebut didukung oleh data momen aktivitas seismik vulkano yang bersamaan dengan momen naiknya masukan air Danau Batur dari sistem air tanah. Selain itu didukung pula terdapat kenaikan kantong magma dangkal dari hasil tomographic imaging. Semua data tersebut saling mendukung dan menghasilkan model konseptual dari hidrogeologi Kaldera Batur yang menggambarkan peran dari aktifitas permukaan dan bawah permukaan terhadap tren kenaikan elevasi muka air dan volume air Danau Batur.