digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Felix Giovani
PUBLIC Alice Diniarti

COVER Felix Giovani
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 1 Felix Giovani
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 2 Felix Giovani
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 3 Felix Giovani
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 4 Felix Giovani
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 5 Felix Giovani
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

PUSTAKA Felix Giovani
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

Biodiesel merupakan bahan bakar alternatif diproduksi dengan proses transesterifikasi minyak nabati menggunakan katalis basa yang juga menghasilkan produk samping gliserol. Katalis yang umum digunakan dalam transesterifikasi ini adalah katalis berbasis natrium seperti NaOH dan NaOCH3. Akan tetapi proses tersebut menghasilkan limbah yang berbahaya bagi lingkungan. Limbah ini diperoleh saat proses pemurnian gliserol dan disebut glycerine pitch. Glycerine pitch merupakan pasta berwarna cokelat kehitaman dengan nilai COD yang tinggi, sekitar 1,8–2 juta mg/L dan tergolong ke dalam limbah B3. Limbah B3 ialah limbah yang berbahaya terhadap lingkungan dan biaya pengolahannya juga relatif tinggi. Untuk menanggulangi masalah ini, dilakukan modifikasi proses produksi biodiesel dengan mengganti jenis katalis menjadi basis kalium. Di dalam glycerine pitch terdapat garam anorganik yang terbentuk akibat reaksi asam basa antara katalis dengan larutan asam yang digunakan pada pemurnian gliserol. Sehingga garam yang terkandung pada glycerine pitch biasanya merupakan garam natrium. Garam natrium tidak memiliki nilai jual yang tinggi, tetapi apabila katalis yang digunakan diganti dengan katalis kalium, maka akan diperoleh garam kalium yang bernilai jual tinggi. Penelitian ini mengusulkan proses produksi biodiesel menggunakan katalis kalium dan dibandingkan dengan proses eksisting. Dilakukan perhitungan neraca massa dengan simulasi menggunakan Aspen Plus V.10 serta analisis ekonomi sederhana untuk menentukan kelayakan dari proses yang diusulkan. Besaran GPM dari kedua proses sangat sensitif terhadap perubahan harga minyak sawit dan produk biodiesel. Proses usulan dengan larutan penetral HCL dan H2SO4 masing – masing memiliki GPM 28,33% dan 27,99% nilai ini lebih tinggi daripada proses eksisting (GPM = 27,27% dan 27,20%), sehingga proses usulan layak untuk diterapkan di industri karena lebih menguntungkan dan mengatasi masalah lingkungan.