Keberagaman topografi yang dimiliki oleh Kab. Karangasem menjadikan daerah
ini memiliki potensi wisata yang menarik. Salah satu potensi tersebut berasal dari
sektor pertanian, yakni pertanian salak. Pertanian salak di Kab. Karangasem
terkenal akan keunikannya karena memiliki daging buah yang tebal serta rasa yang
khas. Ditinjau dari segi sejarahnya, keberadaan tanaman salak Bali diperkirakan
berasal dari Desa Sibetan, Kec. Bebandem yang awalnya dibudidayakan oleh
pendiri desa bernama Jero Dukuh Sakti. Alasan utama dari berkembangnya salak
di desa ini hingga mencapai 85% dari total luasan desa, dikarenakan buah salak
menjadi salah satu buah pelengkap dalam upacara adat masyarakat sekitar. Keadaan
ini menjadikan Desa Sibetan sebagai desa penghasil salak terbesar di Bali yang
varietasnya telah ditetapkan menjadi produk unggulan secara nasional.
Potensi besar dari keberadaan salak di Desa Sibetan nyatanya belum dapat
dikembangkan secara maksimal. Hal ini terlihat dari seringnya kerugian yang
dialami oleh para petani bahkan ketika musim panen tiba. Jika tetap dibiarkan, lama
kelamaan keberadaan perkebunan salak di Desa Sibetan akan semakin berkurang
hingga akhir menghilang. Maka dari itu, diperlukan suatu solusi yang dapat
membantu peningkatan taraf hidup petani sekaligus menjadi kekuatan untuk tetap
melestarikan keberadaan salak, yakni melalui pengembangan desa wisata yang
berkelanjutan. Skema pengembangan dan perancangan desa wisata yang
ditawarkan menggunakan pendekatan perancangan placemaking dan sustainable
tourism melalui komponen-komponen perancangan yang telah dirumuskan.
Komponen perancangan ini kemudian diimplementasikan dalam bentuk desain
perancangan melalui pertimbangan kriteria desain yang didapatkan berdasarkan
hasil studi terkait preferensi, motivasi, kegiatan dan keinginan wisatawan yang
berkunjung pada kawasan agrowisata.
Hasil akhir perancangan didapatkan bahwa karakter desa wisata yang berkelanjutan
dapat dimunculkan melalui komponen village placemaking for sustainable agrotourism. Adapun faktor atraksi alam merupakan faktor dominan yang dapat menarik
minat wisatawan untuk berkunjung kembali pada kawasan agrowisata. Hal ini
secara tidak langsung berimplikasi pada desain perancangan yang harus tetapmempertahankan aspek kelestarian alam dalam bentuk lingkungan fisik maupun
lingkungan budaya dengan keberadaan manusia di dalamnya.Tesis ini disusun
dengan tujuan untuk dapat menjadi solusi desain dalam pengembangan desa wisata
di Sibetan melalui potensi dan karakter desa yang telah dimiliki, khususnya dalam
bidang pertanian. Karakter ini akan menjadi identitas desa yang membedakannya
dengan desa lainnya yang ada di Bali.