
ABSTRAK Andriyansyahmi Mahendra
PUBLIC  
BAB 1 Andriyansyahmi Mahendra
Terbatas  Devi Septia Nurul
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Devi Septia Nurul
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 2 Andriyansyahmi Mahendra
Terbatas  Devi Septia Nurul
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Devi Septia Nurul
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 3 Andriyansyahmi Mahendra
Terbatas  Devi Septia Nurul
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Devi Septia Nurul
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 4 Andriyansyahmi Mahendra
Terbatas  Devi Septia Nurul
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Devi Septia Nurul
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 5 Andriyansyahmi Mahendra
Terbatas  Devi Septia Nurul
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Devi Septia Nurul
» Gedung UPT Perpustakaan

PUSTAKA Andriyansyahmi Mahendra
Terbatas  Devi Septia Nurul
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Devi Septia Nurul
» Gedung UPT Perpustakaan
Kedalaman titik Curie dapat digunakan untuk mengetahui kondisi struktur termal
regional. Kondisi tersebut dapat direpresentasikan oleh sifat kemagnetan mineral
magnetik pada batuan. Pada studi ini dibuat program perhitungan kedalaman titik
Curie menggunakan metode analisis spektral dua dimensi (2D) berdasarkan data
aeromagnetik. Selanjutnya dilakukan pengujian terhadap program yang dibuat
dengan menggunakan beberapa model sintetik untuk mengetahui pengaruh blok
perhitungan pada suatu area penelitian terhadap hasil estimasi kedalaman titik
Curie. Berdasarkan hasil pengujian program, diperoleh hasil estimasi kedalaman
titik Curie model sintetik dengan besar blok perhitungan 63.5 × 63.5 km2 dan
terdapat tumpang tindih antar blok perhitungan sebesar 50% memiliki error
perhitungan di bawah 1%, sehingga program dinilai berhasil dalam melakukan
estimasi kedalaman titik Curie. Program kemudian diaplikasikan pada data
pengukuran aeromagnetik area Cascade Range, Oregon, Amerika Serikat sebagai
area yang dapat menunjukan pengaruh aktivitas vulkanik terhadap kedalaman titik
Curie. Area studi memiliki luas 300 × 350 km2 yang dibagi menjadi 143 blok,
dengan luas tiap blok sebesar 50 × 50 km2 dan terdapat tumpang tindih antar blok
sebesar 50%. Hasil perhitungan menunjukan bahwa kedalaman titik Curie pada area
studi berkisar antara 2-12 km. Keberadaan gunung api dan sistem hidrotermal
direpresentasikan oleh nilai kedalaman titik Curie yang dangkal, sedangkan di luar
area tersebut memiliki kedalaman titik Curie yang dalam. Selanjutnya data
kedalaman titik Curie tersebut digunakan untuk perhitungan nilai gradien geotermal
dan aliran panas. Hasil perhitungan menunjukan bahwa area dengan keberadaan
gunung api dan sistem hidrotermal memiliki nilai gradien geotermal dan aliran
panas yang tinggi, sedangkan kedua nilai tersebut bernilai rendah pada daerah di
mana tidak ditemukannya gunung api ataupun sistem hidrotermal. Nilai
perhitungan tersebut berkisar antara 34.73 °C/km hingga 157.50 °C/km untuk
gradien geotermal dan 55.57 mW/m2 hingga 245.71 mW/m2 untuk aliran panas.