digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800


BAB 1 Andriyansyahmi Mahendra
Terbatas  Devi Septia Nurul
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 2 Andriyansyahmi Mahendra
Terbatas  Devi Septia Nurul
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 3 Andriyansyahmi Mahendra
Terbatas  Devi Septia Nurul
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 4 Andriyansyahmi Mahendra
Terbatas  Devi Septia Nurul
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 5 Andriyansyahmi Mahendra
Terbatas  Devi Septia Nurul
» Gedung UPT Perpustakaan

PUSTAKA Andriyansyahmi Mahendra
Terbatas  Devi Septia Nurul
» Gedung UPT Perpustakaan

Kedalaman titik Curie dapat digunakan untuk mengetahui kondisi struktur termal regional. Kondisi tersebut dapat direpresentasikan oleh sifat kemagnetan mineral magnetik pada batuan. Pada studi ini dibuat program perhitungan kedalaman titik Curie menggunakan metode analisis spektral dua dimensi (2D) berdasarkan data aeromagnetik. Selanjutnya dilakukan pengujian terhadap program yang dibuat dengan menggunakan beberapa model sintetik untuk mengetahui pengaruh blok perhitungan pada suatu area penelitian terhadap hasil estimasi kedalaman titik Curie. Berdasarkan hasil pengujian program, diperoleh hasil estimasi kedalaman titik Curie model sintetik dengan besar blok perhitungan 63.5 × 63.5 km2 dan terdapat tumpang tindih antar blok perhitungan sebesar 50% memiliki error perhitungan di bawah 1%, sehingga program dinilai berhasil dalam melakukan estimasi kedalaman titik Curie. Program kemudian diaplikasikan pada data pengukuran aeromagnetik area Cascade Range, Oregon, Amerika Serikat sebagai area yang dapat menunjukan pengaruh aktivitas vulkanik terhadap kedalaman titik Curie. Area studi memiliki luas 300 × 350 km2 yang dibagi menjadi 143 blok, dengan luas tiap blok sebesar 50 × 50 km2 dan terdapat tumpang tindih antar blok sebesar 50%. Hasil perhitungan menunjukan bahwa kedalaman titik Curie pada area studi berkisar antara 2-12 km. Keberadaan gunung api dan sistem hidrotermal direpresentasikan oleh nilai kedalaman titik Curie yang dangkal, sedangkan di luar area tersebut memiliki kedalaman titik Curie yang dalam. Selanjutnya data kedalaman titik Curie tersebut digunakan untuk perhitungan nilai gradien geotermal dan aliran panas. Hasil perhitungan menunjukan bahwa area dengan keberadaan gunung api dan sistem hidrotermal memiliki nilai gradien geotermal dan aliran panas yang tinggi, sedangkan kedua nilai tersebut bernilai rendah pada daerah di mana tidak ditemukannya gunung api ataupun sistem hidrotermal. Nilai perhitungan tersebut berkisar antara 34.73 °C/km hingga 157.50 °C/km untuk gradien geotermal dan 55.57 mW/m2 hingga 245.71 mW/m2 untuk aliran panas.