digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Joe Monang
PUBLIC Dewi Supryati

COVER Joe Monang
PUBLIC Dewi Supryati

BAB 1 Joe Monang
PUBLIC Dewi Supryati

BAB 2 Joe Monang
PUBLIC Dewi Supryati

BAB 3 Joe Monang
PUBLIC Dewi Supryati

BAB 4 Joe Monang
PUBLIC Dewi Supryati

BAB 5 Joe Monang
PUBLIC Dewi Supryati

BAB 6 Joe Monang
PUBLIC Dewi Supryati

PUSTAKA Joe Monang
PUBLIC Dewi Supryati

Penelitian kompetensi telah banyak dilakukan, namun sedikit yang berfokus pada pengembangan model kompetensi aparatur sipil negara (ASN) untuk jabatan manajerial. Hasil pencarian literatur menunjukkan bahwa penelitian model kompetensi terdahulu berfokus pada satu jabatan manajerial tertentu ataupun bersifat universal tanpa membandingkan pengaruh setiap kompetensi terhadap kinerja antar tingkatan jabatan. Akibatnya, organisasi menghadapi kesulitan dalam penyusunan strategi yang tepat untuk menyeleksi ataupun meningkatkan kemampuan individu apabila memanfaatkan model tersebut. Hasil tinjauan pustaka menunjukkan pula bahwa dukungan organisasi dapat memoderasi hubungan antara kompetensi dan kinerja individu. Hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa kinerja individu merupakan fungsi interaksi antara kompetensi dengan dukungan organisasi. Fungsi interaksi mencerminkan bahwa tingkat pengaruh kompetensi terhadap kinerja dipengaruhi oleh dukungan organisasi. Penelitian terhadap pengaruh moderasi tersebut masih sangat terbatas. Penelitian ini memiliki tiga tujuan. Pertama, mengembangkan model kompetensi ASN yang mencakup kompetensi minimal dan kompetensi pembeda untuk mendukung pencapaian kinerja ASN pada jabatan pengawas, administrator, dan pimpinan tinggi pratama di pemerintah provinsi serta mengidentifikasi perbedaan pengaruh kompetensi terhadap kinerja pada jabatan-jabatan tersebut. Kedua, menginvestigasi pengaruh dukungan organisasi terhadap hubungan antara kompetensi dengan kinerja ASN pada jabatan pengawas, administrator, dan pimpinan tinggi pratama di pemerintah provinsi. Ketiga, merekomendasikan prioritas kompetensi dalam proses seleksi dan program pelatihan penjenjangan berbasis kompetensi pada jabatan pengawas, administrator, dan pimpinan tinggi pratama di pemerintah provinsi. Penelitian ini menerapkan metode campuran yang melibatkan dua tahap penelitian. Tahap pertama adalah tahap kualitatif untuk mengembangkan model dan kamus kompetensi ASN. Tahap kedua adalah tahap kuantitatif untuk menguji model kompetensi dan pengaruh moderasi dukungan organisasi. Pada tahap kualitatif, pengumpulan data dilakukan melalui studi pustaka dan studi lapangan. Studi pustaka menggunakan pemetaan literatur secara sistematis, sedangkan studi lapangan menggunakan wawancara dengan teknik behavioral event interview kepada 50 ASN di Pemerintah Provinsi Jawa Barat yang terdiri dari 12 ASN berkinerja superior dan delapan ASN berkinerja rata-rata masing-masing pada jabatan pengawas dan jabatan administrator, serta enam ASN berkinerja superior dan empat ASN berkinerja rata-rata pada jabatan pimpinan tinggi pratama. Pengolahan data pada tahap kualitatif menggunakan analisis tematik dengan menerapkan metode coding, yaitu in vivo, protocol, pattern dan axial. Hasilnya menunjukkan bahwa ASN pada jabatan pengawas, administrator, dan pimpinan tinggi pratama membutuhkan 19 kompetensi yang dikelompokkan ke dalam lima kelompok kompetensi, yaitu pengelolaan diri, pengelolaan tugas, pengelolaan unit kerja, pengelolaan sosial budaya dan bidang. Hasil tersebut dituangkan ke dalam bentuk kamus kompetensi. Focus group discussion (FGD) dilaksanakan dengan cara melibatkan lima asesor kompetensi Pemerintah Provinsi Jawa Barat untuk melakukan validasi dan mendapatkan masukan terhadap kamus kompetensi yang telah disusun. Hasil FGD menunjukkan kamus kompetensi yang disusun sudah cukup memadai dengan sedikit perbaikan. Pada tahap kuantitatif, pengumpulan data dilakukan dengan teknik survei. Pengambilan sampel menggunakan teknik sampel bertujuan. Sebelum kuesioner disebarkan, kuesioner diujicobakan terlebih dahulu kepada lima ASN yang menduduki jabatan pengawas dan administrator. Hasil uji coba menunjukkan bahwa kuesioner mudah dipahami dan dilakukan sedikit perbaikan. Pengolahan data kuantitatif menggunakan model persamaan struktural partial least square (SEM-PLS) dan aplikasi WarpPLS 7.0. Model diuji menggunakan sampel sebanyak 226 ASN yang terdiri dari 123 pejabat pengawas, 85 pejabat administrator dan 18 pejabat pimpinan tinggi pratama. Hasil pengujian model pengukuran menunjukkan bahwa model memiliki validitas konvergen dan diskriminan yang baik serta reliabel pada ketiga jabatan tersebut. Pengujian model struktural menunjukkan bahwa model memiliki nilai kecocokan yang baik. Hasil tahap kuantitatif menunjukkan bahwa kelompok kompetensi pengelolaan diri, pengelolaan tugas, dan bidang berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja pada jabatan pengawas, sedangkan kelompok kompetensi pengelolaan unit kerja dan pengelolaan sosial budaya tidak berpengaruh secara signifikan. Pada jabatan administrator, kelompok kompetensi pengelolaan diri, pengelolaan unit kerja, dan bidang berpengaruh positif terhadap kinerja secara signifikan, sedangkan kelompok kompetensi pengelolaan tugas dan pengelolaan sosial budaya tidak berpengaruh secara signifikan. Pada jabatan pimpinan tinggi pratama, kelompok kompetensi pengelolaan diri dan pengelolaan unit kerja berpengaruh positif terhadap kinerja secara signifikan, sedangkan kelompok kompetensi pengelolaan tugas, pengelolaan sosial budaya, dan bidang tidak berpengaruh secara signifikan. Hasil pengujian multigrup berpasangan menunjukkan bahwa kelompok kompetensi pengelolaan unit kerja memiliki perbedaan pengaruh yang signifikan antara jabatan administrator dan pimpinan tinggi pratama, sedangkan kelompok kompetensi lainnya tidak memiliki perbedaan pengaruh yang signifikan antar tingkatan jabatan. Hasil pengujian moderasi menunjukkan bahwa dukungan organisasi tidak memoderasi hubungan kelompok kompetensi dan kinerja secara signifikan pada ketiga jabatan tersebut. Berdasarkan temuan tersebut di atas, model kompetensi pada jabatan pengawas, administrator, dan pimpinan tinggi pratama disusun dengan mencantumkan profil kompetensi pembeda dan kompetensi minimal. Selain itu, rekomendasi prioritas kompetensi dalam proses seleksi dan program pelatihan penjenjangan berbasis kompetensi disusun dengan mempertimbangkan karakteristik kompetensi, rata-rata level kompetensi yang dimiliki pada saat ini, dan tingkat pengaruh kompetensi terhadap kinerja dengan menggunakan analisis peta performansi-kepentingan (importance-performance map analysis).