Industri perangkat lunak merupakan salah satu industri kreatif yang berperan
terhadap perkembangan ekonomi nasional, melalui perluasan terhadap kesempatan
kerja, penanaman modal asing, pengembangan teknologi informasi, dan peluang
investasi. Pada industri ini tingkat persaingan antar perusahaan semakin tinggi,
karena kebutuhan pelanggan dinamis dan cepat berubah, siklus hidup produk yang
singkat, ketersediaan teknologi baru, dan inovasi dituntut berlangsung dengan
cepat. Tingkat kegagalan usaha pada industri ini tinggi, mencapai 15,9%. Untuk
bertahan dan memenangkan persaingan, perusahaan perlu untuk memanfaatkan
kekuatan organisasi, yaitu kompetensi inti. Kompetensi inti merupakan
kemampuan organisasi yang memungkinkan kinerja perusahaan yang unggul dan
berkelanjutan. Selain itu, pada industri perangkat lunak terdapat perbedaan
permasalahan yang dihadapi dan proses bisnis yang dijalankan antara skala kecil
dan skala menengah. Oleh karena itu, diperlukan adanya penggalian kompetensi
inti yang sesuai dengan skala usaha, dengan mempertimbangkan proses bisnis
kunci perusahaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan model
kompetensi inti, mencakup dimensi dan elemen kompetensi inti, pada IKM
perangkat lunak sesuai skala usaha untuk mendukung kinerja organisasi.
Penelitian ini menggunakan desain mixed method dengan tipe eksplorasi bertahap
yang terbagi menjadi fase kualitatif dan fase kuantitatif. Pada fase kualitatif terdapat
tiga tahap penelitian, yaitu tahap pertama yang dilakukan adalah wawancara semi
terstruktur bertujuan untuk mengeksplorasi proses bisnis, dimensi dan elemen
kompetensi inti yang berkaitan dengan kondisi IKM perangkat lunak. Pengumpulan
data kualitatif melibatkan enam IKM perangkat lunak skala kecil dan enam IKM
perangkat lunak skala menengah. Pengolahan data kualitatif dilakukan
menggunakan teknik analisis konten untuk mengidentifikasi proses bisnis yang
relevan pada perusahaan skala kecil dan skala menengah. Berdasarkan hasil
wawancara diperoleh 10 kategori proses bisnis yang telah relevan pada IKM
perangkat lunak. Tahap kedua adalah menentukan proses bisnis kunci
menggunakan metode Analytic Hierarchy Process (AHP). Dari hasil AHP
diperoleh lima kategori proses bisnis kunci pada IKM perangkat lunak, yaitu
pengelolaan visi dan strategi, pengembangan produk dan layanan, pengelolaan
pemasaran dan penjualan produk dan layanan, pengelolaan layanan pelanggan,
serta pengelolaan teknologi informasi.
Terdapat tiga dimensi kompetensi inti yang relevan dengan proses bisnis kunci di
IKM perangkat lunak, yaitu kompetensi strategi, kompetensi teknologi, dan
kompetensi pemasaran. Tahap ketiga adalah mengidentifikasi elemen kompetensi
inti dan tingkat kemampuan kompetensi inti menggunakan analisis tematik dengan
tiga metode identifikasi kode, yaitu descriptive coding, protocol coding, dan
pattern coding. Berdasarkan pengolahan pada tahap ketiga di fase kualitatif
dihasilkan komponen model kompetensi inti yang mencakup dimensi, elemen dan
tingkat kemampuan kompetensi inti.
Fase kuantitatif terdiri dari dua tahapan, antara lain tahap pertama adalah menyusun
instrumen tahap kuantitatif yang bertujuan untuk mengukur kompetensi inti dan
kinerja IKM perangkat lunak. Usulan kuesioner yang disusun divalidasi
menggunakan metode validasi konten dengan melibatkan empat orang pakar IKM
perangkat lunak. Pada tahap kedua fase kuantitatif dilakukan pengumpulan data
melalui kuesioner yang akan disebarkan kepada IKM perangkat lunak di wilayah
Jawa Barat, DKI Jakarta, dan DI Yogyakarta dengan pendekatan quota sampling
kepada 88 sampel IKM perangkat lunak. Pengolahan data kuantitatif dilakukan
menggunakan metode Partial Least Squares Structural Equation Modeling (PLSSEM).
Model kompetensi inti yang berpengaruh terhadap kinerja organisasi pada
penelitian ini terdiri dari tiga dimensi kompetensi inti (antara lain kompetensi
strategi, kompetensi teknologi, dan kompetensi pemasaran) yang mencakup 15
elemen kompetensi inti dengan empat jenjang tingkat kemampuan pada setiap
elemen kompetensi inti. Berdasarkan hasil pengujian model struktural, ketiga
dimensi kompetensi inti memberikan pengaruh yang positif dan signifikan terhadap
kinerja organisasi sebesar 0,227, 0,448, dan 0,207 (p < 0,05).
Hasil pengujian empiris antar skala usaha menunjukkan perbedaan pengaruh
signifikan pada dimensi kompetensi strategi terhadap kinerja organisasi. Nilai
pengaruh dimensi kompetensi strategi terhadap kinerja organisasi pada IKM
perangkat lunak skala menengah lebih besar (? = 0,355, p < 0,01) dibandingkan
dengan pada skala kecil (? = 0,052, p > 0,1). Selain itu, tingkat kemampuan elemen
kompetensi inti pada IKM perangkat lunak skala menengah lebih besar
dibandingkan dengan IKM perangkat lunak skala kecil. Berdasarkan
pengelompokkan kinerja organisasi, IKM perangkat lunak dengan kinerja tinggi
memiliki tingkat kemampuan kompetensi inti yang lebih tinggi dibandingkan
dengan IKM perangkat lunak dengan kinerja lebih rendah, baik pada skala kecil
maupun skala menengah. Hasil ini menjadi landasan untuk menyusun rekomendasi
pengembangan kompetensi inti untuk mendukung kinerja organisasi dan
pengembangan kompetensi inti untuk perpindahan skala usaha