digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Sajarah Banten adalah kumpulan 29 naskah kuno mengenai Kesultanan Banten yang ditulis dalam rentang abad ke-17 hingga ke-19. Diantara 29 naskah tersebut, satu-satunya yang memiliki ilustrasi adalah naskah kode KBG 183 koleksi Perpustakaan Nasional Indonesia. Naskah KBG 183 menceritakan tentang silsilah para sultan Banten yang dirunut dari Nabi Muhammad SAW, pendirian Kesultanan Banten pada abad ke-16, konflik antara Sultan Ageng Tirtayasa dengan Sultan Haji pada khir abad ke-17, dan diakhiri cerita penangkapan Sultan Ishak oleh Belanda pada awal abad ke-19. Tradisi estetik ilustrasi-ilustrasi naskah kuno di daerah Jawa memuat gambar mahluk hidup dengan gaya stilasi dwimatra yang kemudian bergeser menjadi gaya naturalis-perspektif. Meskipun demikian, ilustrasi yang terdapat pada naskah Sajarah Banten tidak memuat penggambaran mahluk hidup. Obyek perupaannya didominasi gambar bendera, kapal, eksterior dan interior bangunan, serta artefak seperti senjata dan perkakas. Tidak terlihat penggambaran peristiwa tertentu yang menunjukkan tokoh atau tempat, sehingga ilustrasi pada naskah KBG 183 lebih terlihat sebagai dokumentasi artefak Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini bermaksud untuk melakukan analisis genealogi terhadap karakteristik dan peran ilustrasi pada naskah Sajarah Banten. Diskontinuitas dalam sebuah sistem, dalam hal ini gaya visual khas yang berbeda dengan ilustrasi naskah lain yang sezaman, dapat ditelaah dengan menggunakan metode genealogi yang dikembangkan oleh Michel Foucault. Genealogi berupaya membedah hubungan antara pengetahuan, kekuasaan, dan subyek dengan memperhatikan problem atau penyimpangan dalam suatu sistem, yang dalam penelitian ini dilakukan untuk menemukan keterkaitan antar teks dan ilustrasi Sajarah Banten dan menemukan pengaruh yang membangun gaya ilustrasinya. Genealogi juga digunakan untuk mengamati bagaimana naskah KBG 183 merupakan satu-satunya yang memiliki ilustrasi diantara kumpulan naskah Sajarah Banten melalui analisis arkeologi dan genealogi, serta relasi antara kekuatan dan pengetahuan yang membentuk ilustrasi tersebut. Penelitian dilakukan melalui dua tahap, yaitu tahap arkeologi dengan melakukan kajian visualisasi ilustrasi untuk menemukan formasi wacana yang membentuk karakteristik khasnya. Tahap arkeologi mengamati savoir; dalam penelitian ini adalah kondisi umum pada ilustrasi naskah Sajarah Banten, untuk kemudian menemukan connaisance atau ‘pengetahuan’ yang membentuk karakteristik ilustrasinya. Hasil analisis arkeologi berupa paparan yang bersifat non-interpretatif dan non-antropologis, dimana analisis visual yang dilakukan tidak menggali pemaknaan yang terdapat pada gambar terutama yang terkait dengan hubungan antar manusia, tetapi lebih kepada deskripsi obyektif dari ilustrasi naskah Sajarah Banten itu sendiri. Selanjutnya diterapkan tahap genealogi untuk mengamati sistem hubungan Kekuasaan-Pengetahuan berdasarkan disiplin ilmu, institusi, dan tokoh terkait naskah Sajarah Banten. Analisis genealogi memperhatikan bagaimana kemudian relasi Kekuasaan berpengaruh pada keputusan atau pilihan yang diambil terkait dengan Pengetahuan tersebut sehingga ilustrasi Sajarah Banten dengan segala karakteristik khasnya kemudian terwujud. Langkah analisisnya adalah dengan mengamati episteme; yaitu dispositif atau sistem hubungan Kekuasaan-Pengetahuan yang bersifat diskursif berdasarkan disiplin ilmu, institusi, dan tokoh terkait ilustrasi Sajarah Banten yang kemudian membentuk cara berpikir yang dianggap ‘umum’. Hasil analisis menunjukkan bahwa relasi Kuasa-Pengetahuan pada ilustrasi naskah Sajarah Banten KBG 183 sebagai satu-satunya yang memiliki ilustrasi diantara kelompok naskah Sajarah Banten menunjukkan adanya pertemuan antar gaya tradisi visual Indonesia melalui penggunaan cara wimba ruang angkasa dan sinar X, gaya visual Islami melalui anikonisme, dan pengaruh visual Eropa melalui media dan cara penggambaran yang konstruktif. Gaya ilustrasi Sajarah Banten yang berbeda dengan ilustrasi naskah-naskah yang diproduksi di daerah Jawa pada periode yang sama menunjukkan adanya pertimbangan artistik untuk mengadaptasi tiga gaya visual dari kelompok-kelompok kebudayaan yang berbeda yang ada di wilayah Banten. Implikasinya pada relasi Kuasa-Pengetahuan adalah posisi Banten itu sendiri sebagai poros dari berbagai kebudayaan yang membentuknya: huruf Pegon serta anikonisme yang Islami, material naskah seperti kertas dan tinta yang berasal dari Eropa, serta gaya tradisi yang berbeda dengan mazhab visual Barat yang berdasarkan Renaissance. Tradisi visual pada wilayah Jawa bagian Barat seperti Banten dan sisa-sisa Kerajaan Pajajaran tidak sekuat tradisi oralnya dan jarang artefak visual yang ditemukan. Meskipun demikian, ilustrasi naskah Sajarah Banten menunjukkan genealogi visual yang kemudian membentuk gaya khas Banten.