digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Knowledge merupakan salah satu bentuk intangible asset yang sangat berperan dalam persaingan yang dialami oleh perusahaan. Kesadaran akan pentingnya pengelolaan knowledge yang ada menjadi hal yang terkadang dilupakan oleh perusahaan. Selain itu disertai dengan adanya suatu bencana alam yang tidak terkira, seperti pandemic COVID 19 saat ini. Pemulihan yang belum sepenuhnya membaik dari krisis yang melanda hampir semua sector perekonomian salah satunya perusahaan yang bergerak di sektor minuman fermentasi (ethanol) dan pesaing yang sejenis, tentunya terdapat tantangan dalam pemasaran dengan stigma Indonesia mengenai keterkaitan dengan minuman fermentasi dan sisi agama yang fundamental. Serta pergerakan bisnis-bisnis di Pulau Bali yang merupakan salah satu kota di Indonesia dengan predikat sektor pariwisata dengan potensi nilai devosit tertinggi untuk negara. Para aktor di panggung dunia bisnis berjuang bersama untuk menjadi “pelengkap”dalam mendefinisikan pulau Dewata yang otentik. Pandemi telah merubah semua pola pikir perusahaan yang membutuhkan adanya suatu strategy yang luar biasa dalam pola alur bisnis perusahaan yang terkadang menimbulkan masalah internalisasi. Knowledge management adalah suatu alat management pengetahuan yang bertitik focus pada bentuk trasnformasi yang berkenaan dengan suatu materi yang tidak berwujud, sebagai proses di mana dalam tahap pengumpulan asset pengetahuan (knowledge asset) dan menggunakannya untuk mendapatkan keunggulan kompetitif. Dalam pengumpulan data dilakukan secara quantitatif yang diadopsi oleh kuesioner dari kerangka KM Organisasi Produktivitas Asia (APO). Studi ini untuk menilai kondisi KM saat ini dan untuk mengembangkan rencana KM untuk rencana perbaikan kondisi tersebut berdasarkan hasil penilaian. Ketika suatu perusahaan melakukan investasi yang besar terhadap usaha mengumpulkan asset pengetahuan (knowledge asset) maka perusahaan harus mengukur dampak knowledge management (KM) terhadap organisasi dan meyakini bahwa apa yang dilakukan selaras dengan cita-cita perusahaan (visi- misi). Balance Scorecard yang dikembangkan oleh Robert S. Kaplan dapat dijadikan suatu alternatif di dalam pengembangan KM, sehingga perusahaan memiliki keyakinan terukur dalam menerjemahkan visi misi dan strategi organisasi ke dalam seperangkat ukuran kinerja yang komprehensif yang tidak hanya berfokus pada pencapaian tujuan keuangan, melainkan tujuan nonfinansial yang menghasilkan suatu inovasi (tangible outcomes) perusahaan,