Knowledge merupakan salah satu bentuk intangible asset yang sangat berperan dalam
persaingan yang dialami oleh perusahaan. Kesadaran akan pentingnya pengelolaan knowledge
yang ada menjadi hal yang terkadang dilupakan oleh perusahaan. Selain itu disertai dengan
adanya suatu bencana alam yang tidak terkira, seperti pandemic COVID 19 saat ini. Pemulihan
yang belum sepenuhnya membaik dari krisis yang melanda hampir semua sector perekonomian
salah satunya perusahaan yang bergerak di sektor minuman fermentasi (ethanol) dan pesaing
yang sejenis, tentunya terdapat tantangan dalam pemasaran dengan stigma Indonesia mengenai
keterkaitan dengan minuman fermentasi dan sisi agama yang fundamental. Serta pergerakan
bisnis-bisnis di Pulau Bali yang merupakan salah satu kota di Indonesia dengan predikat sektor
pariwisata dengan potensi nilai devosit tertinggi untuk negara. Para aktor di panggung dunia
bisnis berjuang bersama untuk menjadi “pelengkap”dalam mendefinisikan pulau Dewata yang
otentik. Pandemi telah merubah semua pola pikir perusahaan yang membutuhkan adanya suatu
strategy yang luar biasa dalam pola alur bisnis perusahaan yang terkadang menimbulkan
masalah internalisasi. Knowledge management adalah suatu alat management pengetahuan yang
bertitik focus pada bentuk trasnformasi yang berkenaan dengan suatu materi yang tidak berwujud,
sebagai proses di mana dalam tahap pengumpulan asset pengetahuan (knowledge asset) dan
menggunakannya untuk mendapatkan keunggulan kompetitif. Dalam pengumpulan data dilakukan
secara quantitatif yang diadopsi oleh kuesioner dari kerangka KM Organisasi Produktivitas Asia
(APO). Studi ini untuk menilai kondisi KM saat ini dan untuk mengembangkan rencana KM untuk
rencana perbaikan kondisi tersebut berdasarkan hasil penilaian. Ketika suatu perusahaan
melakukan investasi yang besar terhadap usaha mengumpulkan asset pengetahuan (knowledge
asset) maka perusahaan harus mengukur dampak knowledge management (KM) terhadap
organisasi dan meyakini bahwa apa yang dilakukan selaras dengan cita-cita perusahaan (visi-
misi). Balance Scorecard yang dikembangkan oleh Robert S. Kaplan dapat dijadikan suatu
alternatif di dalam pengembangan KM, sehingga perusahaan memiliki keyakinan terukur dalam
menerjemahkan visi misi dan strategi organisasi ke dalam seperangkat ukuran kinerja yang
komprehensif yang tidak hanya berfokus pada pencapaian tujuan keuangan, melainkan tujuan
nonfinansial yang menghasilkan suatu inovasi (tangible outcomes) perusahaan,