Pesatnya pertumbuhan ekonomi telah mengakibatkan terjadinya aglomerasi kotakota
sehingga membentuk suatu kawasan perkotaan yang lebih besar, seperti yang
terjadi di wilayah Sarbagita. Wilayah Sarbagita yang terdiri dari Kota Denpasar,
Kabupaten Badung, Kabupaten Gianyar dan Kabupaten Tabanan telah membentuk
suatu kawasan metropolitan yang menjadi pusat perekonomian di Provinsi Bali.
Pertumbuhan pesat sektor pariwisata di Sarbagita telah menciptakan pusat-pusat
kegiatan baru dan menarik terjadinya pergerakan commuting antarwilayah. Kondisi
tersebut pada akhirnya mengakibatkan terjadinya perubahan struktur ruang
perkotaan yang dapat berimplikasi pada keefektifan penerapan kebijakan. Studi ini
bertujuan untuk mengidentifikasi struktur ruang perkotaan yang terbentuk dari pola
pergerakan komuter di Sarbagita dengan melakukan perhitungan terhadap lima
indeks interaksi spasial, yaitu indeks entropi (EI), indeks dominansi (DII), indeks
kekuatan relatif (RSI), indeks simetri simpul (NSI) dan indeks simteri tautan (LSI).
Studi ini menggunakan data survei komuter Sarbagita yang dilakukan oleh Badan
Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2015. Hasil analisis menunjukkan bahwa wilayah
Sarbagita memiliki struktur polisentris dengan dua simpul yang sangat dominan.
Kedua simpul tersebut juga membentuk interaksi yang kuat dan sama besar
dibandingkan dengan wilayah lain di Sarbagita.