ABSTRAK Syamsul Rizal Muharam
PUBLIC Resti Andriani BAB 1 Syamsul Rizal Muharam
PUBLIC Resti Andriani BAB 2 Syamsul Rizal Muharam
PUBLIC Resti Andriani BAB 3 Syamsul Rizal Muharam
PUBLIC Resti Andriani BAB 4 Syamsul Rizal Muharam
PUBLIC Resti Andriani BAB 5 Syamsul Rizal Muharam
PUBLIC Resti Andriani PUSTAKA Syamsul Rizal Muharam
PUBLIC Resti Andriani
Kokas metalurgi merupakan material karbon berpori hasil proses pemanasan
batubara mengkokas pada suhu tinggi (900-1200oC) yang memiliki 3 fungsi utama,
yaitu fungsi thermal, fungsi kimia, dan fungsi fisik. Keberadaan batubara
mengkokas (coking coal) mengalami penurunan sehingga meningkatkan harga
batubara mengkokas mahal. Produksi baja terus meningkat setiap tahunnya
sehingga menghasilkan emisi gas CO2 sekitar 2,0–2,3 Gt/tahun. Indonesia tercatat
memiliki cadangan batubara sebesar 39,891 Miliar ton dan Indonesia memiliki luas
hutan mencapai 94,4 jutahektar sehingga diperkirakan Indonesia dapat
menghasilkan 146,7 juta ton biomassa per tahun. Dengan sumberdaya batubara dan
biomassa yang ada di Indonesia, serta untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan
mengurangi ketergantungan impor kokas metalurgi, maka pembuatan biokokas
dengan mencampurkan batubara non-coking dengan biomassa menjadi salah satu
solusi aternatif yang dapat diterapkan. Dalam penelitian ini dilakukan pencampuran
antara batubara non coking dan berbagai variasi biomassa tempurung kelapa dan
sekam padi yang sudah dikarbonisasi pada suhu 500oC dengan ukuran -60 mesh
serta diberi penambahan molase sebanyak 25% sebagai perekat. Campuran dibriket
dengan tekanan 300kg/cm2 serta dikarbonisasi dengan suhu 1000oC selama 1 jam
hingga menghasilkan material padat yang disebut biokokas tempurung kelapa
(BTK500) dan biokokas sekam padi (BSP500). Masing-masing biokokas dilakukan
pengujian karakterisasi yang terdiri dari analisis proximate, ultimate, dan nilai
kalor, pengujian kekuatan yaitu uji compressive strength, serta pengujian kualitas
yang terdiri dari analisis FTIR, analisis XRD, dan analisis SEM.
Hasil eksperimen menunjukkan biokokas yang dihasilkan memiliki yield rentang
55,75%-64,18% (BTK500) dan 55,89%-69,08% (BSP500). Bulk density dari
masing-masing biokokas berkisar 1,17-1,3 g/cm3 (BTK500) dan 1,18-1,39 g/cm3
(BSP500). Nilai kalor yang dihasilkan masing-masing biokokas berada pada
rentang 6281,68 – 6583,51 kal/g (BTK500) dan 4898,81 – 5557,44 kal/g (BSP500).
Selain itu dalam pengujian kekuatan, nilai compressive strength yang dihasilkan
semakin menurun seiring dengan penambahan biomassa yaitu 23,68 – 11,68 MPa
(BTK500) dan 20,21 – 9,83 MPa (BSP500). Pada pengujian kualitas, analisis FTIR
menunjukkan terjadi perubahan intensitas puncak gugus fungsi masing-masing
biokokas pada panjang gelombang 3800 cm?1 (Al-O), 3725 cm?1 (Al-O), 3425 cm?1
(-OH), 2930 cm-1 (-CH2), 2380 cm?1 (CO2), 1580 cm?1 (C=C), 1430 cm-1 dan 1240
cm-1 (-CH3), 1080 cm?1 (Si-O), 790 cm?1 (-CH3) dan 470 cm?1 (SI-O-Al). Analisis
XRD semua biokokas menghasilkan jarak antar lapisan aromatik (d002) pada
rentang 3,52 ? 3,62 Å, tinggi struktur Kristal (Lc) berkisar 9,96 ? 10.87 Å, diameter
struktur Kristal (La) memiliki rentang 35,18 ? 37,87 Å, dan nilai rasio aromatisitas
(fa) yang masih berkisar 0,42 – 0.48 untuk semua sampel. Sedangkan hasil
pengujian SEM menunjukkan morfologi permukaan yang kasar dan tidak beraturan
serta terdapat rekahan dan pori-pori yang terbentuk. Terdapatnya pori-pori yang
banyak dan berukuran besar akan membuat nilai compressive strength menurun.
Sehingga kesesuaian terhadap kokas metalurgi sudah mendekati namun masih
belum tercapai.