PT DAHANA (Persero) adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Indonesia di bidang industri
strategis yang menawarkan layanan bahan peledak terintegrasi untuk sektor Minyak & Gas, Pertambangan
Umum, Quarry & Konstruksi, dan Pertahanan. PT. DAHANA memiliki masalah terkait ketidaksesuaian
antara permintaan dan persediaan, hal ini dikarenakan perusahaan menghadapi permintaan yang tidak pasti
dan dapat menyebabkan terjadinya overstock. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan
memahami akar permasalahan sehingga perusahaan dapat mengurangi persediaan yang berlebihan dan
meningkatkan pendapatan.
Kerangka penelitian dari penelitian ini adalah untuk mengoptimalkan persediaan pada PT. Dahana.
Kerangka kerja penelitian ini memiliki beberapa langkah. Pertama, di analisis eksternal penulis
menggunakan PESTEL Analysis untuk mempelajari tentang pasar dan kedua menggunakan analisis
Porter’s Five Forces untuk mengeksplorasi tentang industri. Ketiga, mencari akar penyebab menggunakan
Five Whys Method. Keempat, penulis mengusulkan beberapa metode untuk menyelesaikan masalah. Tiga
hal akar penyebab masalah yaitu; (1) metode peramalan yang tidak tepat, (2) pengelolaan inventaris yang
tidak tepat diterapkan, dan (3) peraturan pemerintah terkait pertambangan masih belum jelas. Beberapa
metode yang digunakan untuk menyelesaikan masalah tersebut yaitu forecasting dan inventory
management. Forecasting Berfungsi untuk mempersiapkan perusahaan terhadap permintaan yang akan
datang yang mungkin terjadi dan membantu perusahaan dalam merencanakan pengelolaan persediaannya
dengan mengetahui berapa banyak produk yang perlu disimpan.
Hasil dari forecasting bahwa metode yang dipilih adalah single exponential smoothing karena nilai
kesalahan yang terendah, sementara hasil dari metode EOQ memiliki biaya yang lebih rendah dibandingkan
dengan metode saat ini. Biaya metode EOQ adalah Rp 10.583.341.646,17, sedangkan biaya metode saat ini
Rp 11.651.900.315.625. Jika perusahaan dapat menerapkan metode EOQ maka perusahaan dapat
menghemat sebesar Rp 1.068.558.669.455. dan juga dalam hal Average Inventory Level (AIL), bahwa
dengan menerapkan EOQ nilai AIL lebih rendah dari metode yang ada