digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Sebelum wabah Covid-19, pariwisata adalah sektor yang paling berkontribusi pada pembangunan ekonomi. Sektor ini telah menciptakan 109 juta pekerjaan di seluruh dunia pada tahun 2016. Namun, terlepas dari kontribusi ekonomi, pariwisata telah menyebabkan degradasi lingkungan dan budaya di destinasi pariwisata. Beberapa destinasi seperti Pulau Boracay di Filipina dan Pulau Sempu di Indonesia harus ditutup karena kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh perilaku wisatawan yang tidak bertanggung jawab. Tak hanya lingkungan, beberapa wisatawan menunjukkan perilaku tidak hormat terhadap budaya di destinasi wisata. Jika perilaku tidak bertanggung jawab turis terus berlanjut, tidak hanya lingkungan dan budaya yang akan dirugikan, tetapi juga mengarah pada penutupan destinasi wisata. Oleh karena itu, salah satu sektor yang paling diperhatikan untuk melaksanakan agenda pembangunan berkelanjutan adalah pariwisata. Organisasi Pariwisata Dunia Perserikatan Bangsa-Bangsa telah mendeklarasikan agenda pembangunan berkelanjutan di sektor pariwisata sebagai pariwisata berkelanjutan. Pemerintah Indonesia telah menetapkan pedoman bagi penyedia pariwisata dalam mengembangkan pariwisata berkelanjutan. Namun, 3 tahun sejak pencanangan tersebut, menurut World Economic Forum (2019), Indonesia menjadi peringkat ke-5 negara terburuk di dunia dalam hal kelestarian lingkungan. Industri pariwisata merupakan sector yang terdiri atas banyak pemangku kepentingan: pemerintah, pelaku pariwisata, komunitas dan turis. Kolaborasi antar pemangku kepentingan diperlukan untuk mencapai keberlanjutan pariwisata. Sebagai aktor utama yang menyebabkan degradasi destinasi pariwisata, wisatawan menjadi pemangku kepentingan terpenting yang harus diperhatikan. Sebagai pihak yang membuat peraturan, pemerintah Indonesia telah menjalankan perannya dengan membuat regulasi terkait praktek pariwisata berkelanjutan. Namun, regulasi ini tidak memberikan dampak yang signifikan terhadap pariwisata. Oleh karena itu, selain memberikan peraturan bagi penyelenggara pariwisata, penting juga untuk memahami pengaruh dari praktik pariwisata berkelanjutan ini terhadap intensi wisatawan untuk berlaku bertanggung jawab di destinasi wisata. Seiring dengan isu keberlanjutan yang menjadi isu hangat akhir-akhir ini, terdapat beberapa penelitian sebelumnya yang mengeksplorasi intensi perilaku bertanggung jawab wisatawan di destinasi pariwisata. Namun, sebagian besar hanya fokus pada dimensi lingkungan dari tiga dimensi berkelanjutan. Karena degradasi pariwisata tidak hanya terjadi pada lingkungan, studi ini mempertimbangkan tiga dimensi keberlanjutan: lingkungan, sosial budaya dan ekonomi. Studi ini mengeksplorasi pengaruh praktik berkelanjutan di destinasi pariwisata terhadap intensi berperilaku bertanggung jawab wisatawan. Tujuh variabel yang dipertimbangkan dalam penelitian ini: tiga dimensi praktik berkelanjutan, nilai persepsi, sikap berkelanjutan, kepuasan dan intensi perilaku bertanggung jawab wisatawan. Hubungan variabel-variabel tersebut diuji dengan menggunakan SEM-PLS. Namun data yang dikumpulkan hanya dari wisatawan Candi Borobudur sebagai objek studi. Pengumpulan data dilakukan dengan menyebarkan kuesioner melalui platform online sejak April hingga Mei 2020. Dalam kurun waktu tersebut, 294 sampel berhasil dikumpulkan. Hasil empiris penelitian ini menegaskan bahwa praktik pariwisata berkelanjutan di destinasi pariwisata berpengaruh signifikan terhadap intensi berperilaku tanggung jawab wisatawan. Semakin tinggi evaluasi wisatawan terhadap praktik pariwisata berkelanjutan, semakin kuat derajat preferensi mereka dalam melakukan perilaku bertanggung jawab, yang mengarah pada semakin tinggi niat untuk melakukan perilaku bertanggung jawab di destinasi pariwisata. Begitu pula temuan itu berlaku untuk kepuasan. Selain itu, evaluasi derajat keberpihakan wisatawan terhadap perilaku bertanggung jawab memiliki pengaruh yang lebih kuat daripada pengaruh kepuasan yang dirasakan sebagai konsekuensi kinerja atribut pariwisata. Oleh karena itu, sebaiknya dilakukan studi lebih lanjut terkait faktor-faktor yang mempengaruhi sikap keberlanjutan wisatawan guna memperkuat niat berperilaku bertanggung jawab.