
ABSTRAK Jedy Ilyasa Zulardi
Terbatas Alice Diniarti
» ITB
Terbatas Alice Diniarti
» ITB

BAB 1 Jedy Ilyasa Zulardi
Terbatas Alice Diniarti
» ITB
Terbatas Alice Diniarti
» ITB

BAB 2 Jedy Ilyasa Zulardi
Terbatas Alice Diniarti
» ITB
Terbatas Alice Diniarti
» ITB

BAB 3 Jedy Ilyasa Zulardi
Terbatas Alice Diniarti
» ITB
Terbatas Alice Diniarti
» ITB

BAB 4 Jedy Ilyasa Zulardi
Terbatas Alice Diniarti
» ITB
Terbatas Alice Diniarti
» ITB

BAB 5 Jedy Ilyasa Zulardi
Terbatas Alice Diniarti
» ITB
Terbatas Alice Diniarti
» ITB

DAFTAR Jedy Ilyasa Zulardi
Terbatas Alice Diniarti
» ITB
Terbatas Alice Diniarti
» ITB
Indonesia memiliki ketergantungan jangka panjang sumber energi fosil, khususnya
pada batubara, dalam meningkatkan ekonomi lokal dan memberikan layanan energi
listrik kepada masyarakat secara nasional. Dua hal mendasar yang memberatkan
pemanfaatan sumber energi berbasis fosil adalah bahwa ketersediaan sumber daya
alam ini sangat terbatas dan berdampak negatif terhadap lingkungan lokal serta
global.Transisi penggunaan energi fosil menuju energi terbarukan menjadi penting
dan erat hubungannya dengan isu keberlanjutan dan perubahan iklim yang juga
mendapatkan perhatian dunia internasional. Sebagai negara yang terletak di garis
khatulistiwa, Indonesia memiliki potensi yang cukup besar untuk menghasilkan tenaga
surya, dengan intensitas radiasi matahari rata-rata sekitar 4.8 kWh/m2 per hari di
seluruh wilayah Indonesia. Namun, kontribusi kapasitas terpasang tenaga surya untuk
sistem energi masih tergolong rendah. Pemanfaatan PLTS Atap dapat dipandang
sebagai strategi alternatif untuk mencapai target bauran tenaga surya pada Kebijakan
Energi Nasional, menjamin ketahanan dan keamanan energi, serta menjamin
keberlanjutan lingkungan hidup. Peran DKI Jakarta sebagai kota metropolitan
dengan angka pengeluaran per kapita lebih tinggi dibandingkan rata-rata nasional
melahirkan potensi pasar yang menjanjikan bagi pengembangan PLTS Atap, dengan
potensi pasar sebesar 6,2 – 20,8 GW.
Analisis pada penelitian ini akan berfokus pada memahami fenomena adopsi tenaga
surya berbasis atap oleh masyarakat. Pemahaman tersebut diperlukan untuk
memperkuat alternatif intervensi kebijakan dan tindakan yang diambil untuk
mendorong peningkatan pemanfaatan secara akumulatif dengan efektif. Dalam
memahami fenomena tersebut, penelitian ini akan menggunakan pemodelan dengan
pendekatan sistem dinamik sebagai alat utama yang dinilai dapat membantu
memahami fenomena adopsi secara menyeluruh. Sistem dinamik dipilih karena dinilai
merupakan alat yang paling sesuai, mengingat karakteristik adopsi masyarakat dan
nilai investasi PLTS Atap merupakan persoalan yang saling terkait dan mempunyai
sifat dinamis, dalam arti melibatkan kuantitas yang berubah setiap waktu. Hasil
pemodelan memberikan pemahaman bahwa nilai periode pengembalian, biaya
investasi awal, dan jumlah penghematan biaya listrik menjadi faktor yang paling
mempengaruhi pertumbuhan pasar PLTS Atap pada sektor rumah tangga di DKI
Jakarta. Di samping itu, efek limpahan sosial dan tingkat pemahaman masyarakat
mengenai PLTS Atap juga mempengaruhi pertimbangan calon investor sektor rumah
tangga. Penerapan kebijakan subsidi dan peningkatan tarif insentif direkomendasikan
sebagai alat intervensi untuk meningkatkan jumlah kapasitas terpasang PLTS Atap di
DKI Jakarta.