




Diabetic Retinopathy (DR) merupakan salah satu komplikasi diabetes mellitus
(DM) yang dapat mengakibatkan gangguan penglihatan hingga kebutaan pada
penderitanya apabila tidak dilakukan diagnosis dini. Diagnosis DR secara manual
diketahui membutuhkan waktu lama dan dipengaruhi oleh subjektivitas
kemampuan orang yang melakukan diagnosis. Maka dari itu, algoritma deep
learning telah menjadi salah satu solusi untuk klasifikasi tingkat keparahan DR
secara otomatis. Tetapi, kebanyakan model deep learning yang berhasil melakukan
klasifikasi DR menggunakan model convolutional neural network (CNN)
berarsitektur besar, sehingga membutuhkan data yang banyak serta sumber daya
komputasi khusus untuk melatih model tersebut. Pada penelitian ini telah
dikembangkan strategi optimasi yang dapat meningkatkan kinerja model CNN
berarsitektur kecil dalam klasifikasi DR. Strategi yang ditemukan berdampak
positif adalah penyamarataan distribusi data latih dengan melakukan augmentasi
dan sampling data serta penggunaan SVM sebagai classifier. Strategi ini pada
arsitektur MobileNetV2 (4.2 juta parameter) dan data APTOS 2019 memberikan
kinerja 86% akurasi dan nilai QWK sebesar 0.923; sebanding atau lebih baik
dibandingkan kinerja arsitektur yang lebih besar pada dataset yang sama yaitu
APTOS 2019. Strategi ini juga dapat digunakan pada dataset Messidor dengan
empat kelas tingkat keparahan DR, arsitektur MobileNetV2 teroptimasi
memberikan akurasi 73% dan nilai QWK sebesar 0.815. Kinerja tersebut juga lebih
baik daripada yang dicapai oleh arsitektur lebih besar. Hasil ini menunjukkan
bahwa dengan strategi optimasi yang tepat, memungkinkan model CNN
berarsitektur kecil untuk mencapai kinerja klasifikasi DR yang menjanjikan, dan
bahkan dapat mengungguli kinerja dari model CNN dengan arsitektur lebih besar