

COVER Ratna Puspita
EMBARGO  2027-06-05 
EMBARGO  2027-06-05 

BAB 1 Ratna Puspita
EMBARGO  2027-06-05 
EMBARGO  2027-06-05 

BAB 2 Ratna Puspita
EMBARGO  2027-06-05 
EMBARGO  2027-06-05 

BAB 3 Ratna Puspita
EMBARGO  2027-06-05 
EMBARGO  2027-06-05 

BAB 4 Ratna Puspita
EMBARGO  2027-06-05 
EMBARGO  2027-06-05 

PUSTAKA Ratna Puspita
EMBARGO  2027-06-05 
EMBARGO  2027-06-05 
Kandungan kalium dalam abu biomassa, khususnya TKKS, cukup tinggi dan belum
dimanfaatkan secara maksimal. Salah satu upaya yang sedang dikembangkan saat
ini adalah pemanfaatan kalium tersebut sebagai bahan baku pada pembuatan pupuk.
Untuk dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pada pembuatan pupuk, maka
kalium yang terdapat dalam abu biomassa harus dipisahkan terlebih dahulu dari
komponen lainnya, misalnya melalui proses ekstraksi. Dari proses ini dihasilkan
larutan campuran garam kalium dan garam-garam lainnya. Sehubungan dengan
upaya pemisahan garam kalium dari larutan campuran garam lainnya, telah
dilakukan penelitian pemisahan garam kalium klorida dari larutan model yang
terdiri dari garam NaCl , KCl, MgCl2 dan CaCl2 dengan konsentrasi berturut-turut
8,388 g/L, 164,191 g/L, 7,443 g/L, dan 39,598 g/L. Komposisi tersebut merujuk
pada konsentrasi unsur utama yang terdapat dalam abu TKKS.
Permasalahan utama dalam penelitian ini adalah pertama mengetahui kelarutan
garam-garam tersebut dalam air, etanol dan larutan campuran air dan etanol dan
bagaimana data yang diperoleh dapat digunakan pada proses pemisahan garam
kalium klorida dari campuran garam lainnya yang terdapat dalam larutan model.
Kedua mengetahui hubungan antara penguapan dan penambahan etanol terhadap
pemisahan garam kalium klorida yang terdapat dalam larutan model.
Secara garis besar penelitian dibagi menjadi dua tahap, pertama penentuan
kelarutan garam-garam NaCl , KCl, MgCl2 dan CaCl2 dalam pelarut air, etanol dan
pelarut campuran air dan etanol. Tahap selanjutnya adalah pemisahan garam
kalium klorida dari garam lainnya yang terdapat dalam larutan model melalui
penguapan dan penembahan etanol. Dari penelitian penentuan kelarutan garam
yang telah dilakukan diperoleh data bahwa secara umum, dalam pelarut air
kelarutan garam NaCl < KCl < MgCl2 < CaCl2, sedangkan dalam pelarut etanol
dan pelarut campuran air dan etanol kelarutan KCl < NaCl < MgCl2 < CaCl2 untuk
rentang temperatur yang diamati. Semakin tinggi temperatur pelarut, kelarutan
garam-garam tersebut makin besar.
Penambahan etanol terbukti menurunkan kelarutan garam-garam tersebut,
penurunan kelarutan tertinggi dicapai untuk pelarut etanol murni. Penurunan
kelarutan paling besar akibat penambahan etanol diperlihatkan oleh garam kalium
klorida. Dari percobaan pemisahan garam kalium klorida yang terdapat dalam
larutan model, diperoleh data bahwa pemisahan garam kalium klorida dari larutan
model dapat dilakukan melalui penguapan, dan kombinasi penguapan dan
penambahan etanol. Melalui metode penguapan diketahui bahwa pengendapan
mulai terjadi pada penguapan sebesar 30%, dengan endapan diasumsikan terdiri
dari campuran garam. Naiknya derajat penguapan menyebabkan endapan garam
yang terbentuk makin banyak dengan komposisi didominasi oleh garam KCl.
Penambahan etanol terhadap larutan yang dibuat dengan cara melarutkan endapan
yang diperoleh dengan cara penguapan dan larutan filtrat menghasilkan endapan
garam kalium klorida. Selanjutnya penambahan etanol terhadap larutan model
dengan derajat penguapan di bawah 30 % terbukti dapat menghasilkan endapan
yang diduga sebagai garam kalium klorida, sehingga dari percobaan percobaan
tersebut dapat disimpulkan bahwa penambahan etanol tidak saja dapat digunakan
untuk mengambil kalium klorida yang terdapat dalam larutan model tetapi juga
meningkatkan perolehannya.