digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Ratna Puspita
PUBLIC Alice Diniarti

COVER Ratna Puspita
PUBLIC Alice Diniarti

BAB 1 Ratna Puspita
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 2 Ratna Puspita
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 3 Ratna Puspita
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 4 Ratna Puspita
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

PUSTAKA Ratna Puspita
PUBLIC Alice Diniarti

Kandungan kalium dalam abu biomassa, khususnya TKKS, cukup tinggi dan belum dimanfaatkan secara maksimal. Salah satu upaya yang sedang dikembangkan saat ini adalah pemanfaatan kalium tersebut sebagai bahan baku pada pembuatan pupuk. Untuk dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pada pembuatan pupuk, maka kalium yang terdapat dalam abu biomassa harus dipisahkan terlebih dahulu dari komponen lainnya, misalnya melalui proses ekstraksi. Dari proses ini dihasilkan larutan campuran garam kalium dan garam-garam lainnya. Sehubungan dengan upaya pemisahan garam kalium dari larutan campuran garam lainnya, telah dilakukan penelitian pemisahan garam kalium klorida dari larutan model yang terdiri dari garam NaCl , KCl, MgCl2 dan CaCl2 dengan konsentrasi berturut-turut 8,388 g/L, 164,191 g/L, 7,443 g/L, dan 39,598 g/L. Komposisi tersebut merujuk pada konsentrasi unsur utama yang terdapat dalam abu TKKS. Permasalahan utama dalam penelitian ini adalah pertama mengetahui kelarutan garam-garam tersebut dalam air, etanol dan larutan campuran air dan etanol dan bagaimana data yang diperoleh dapat digunakan pada proses pemisahan garam kalium klorida dari campuran garam lainnya yang terdapat dalam larutan model. Kedua mengetahui hubungan antara penguapan dan penambahan etanol terhadap pemisahan garam kalium klorida yang terdapat dalam larutan model. Secara garis besar penelitian dibagi menjadi dua tahap, pertama penentuan kelarutan garam-garam NaCl , KCl, MgCl2 dan CaCl2 dalam pelarut air, etanol dan pelarut campuran air dan etanol. Tahap selanjutnya adalah pemisahan garam kalium klorida dari garam lainnya yang terdapat dalam larutan model melalui penguapan dan penembahan etanol. Dari penelitian penentuan kelarutan garam yang telah dilakukan diperoleh data bahwa secara umum, dalam pelarut air kelarutan garam NaCl < KCl < MgCl2 < CaCl2, sedangkan dalam pelarut etanol dan pelarut campuran air dan etanol kelarutan KCl < NaCl < MgCl2 < CaCl2 untuk rentang temperatur yang diamati. Semakin tinggi temperatur pelarut, kelarutan garam-garam tersebut makin besar. Penambahan etanol terbukti menurunkan kelarutan garam-garam tersebut, penurunan kelarutan tertinggi dicapai untuk pelarut etanol murni. Penurunan kelarutan paling besar akibat penambahan etanol diperlihatkan oleh garam kalium klorida. Dari percobaan pemisahan garam kalium klorida yang terdapat dalam larutan model, diperoleh data bahwa pemisahan garam kalium klorida dari larutan model dapat dilakukan melalui penguapan, dan kombinasi penguapan dan penambahan etanol. Melalui metode penguapan diketahui bahwa pengendapan mulai terjadi pada penguapan sebesar 30%, dengan endapan diasumsikan terdiri dari campuran garam. Naiknya derajat penguapan menyebabkan endapan garam yang terbentuk makin banyak dengan komposisi didominasi oleh garam KCl. Penambahan etanol terhadap larutan yang dibuat dengan cara melarutkan endapan yang diperoleh dengan cara penguapan dan larutan filtrat menghasilkan endapan garam kalium klorida. Selanjutnya penambahan etanol terhadap larutan model dengan derajat penguapan di bawah 30 % terbukti dapat menghasilkan endapan yang diduga sebagai garam kalium klorida, sehingga dari percobaan percobaan tersebut dapat disimpulkan bahwa penambahan etanol tidak saja dapat digunakan untuk mengambil kalium klorida yang terdapat dalam larutan model tetapi juga meningkatkan perolehannya.