digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Fadil Abdul Rahman
PUBLIC Irwan Sofiyan

Salah satu strategi untuk mengurangi jumlah sampah yang masuk ke tempat pembuangan sampah akhir (TPA) adalah dengan memproduksi pelet kayu dari sampah kayu itu sendiri. Namun kebutuhan energi dalam produksi pelet kayu sangat besar, sehingga diperlukan suatu terobosan agar kebutuhan energi ini dapat dipenuhi secara mandiri. Dengan mengintegrasikan teknologi gasifikasi dalam proses produksi pelet kayu, kebutuhan energi dapat dipenuhi dengan menggunakan kelebihan produksi pelet kayu itu sendiri. Sehingga pengaruh pemilihan teknologi gasifikasi dalam produksi pelet kayu mandiri energi menjadi penting untuk diteliti. Metode dan pendekatan yang digunakan dimulai dengan melakukan studi literatur untuk menentukan teknologi yang tepat dalam proses produksi pelet kayu serta mengkonversinya menjadi energi. Pada kapasitas desain kinerja 100%, UPS Merdeka 3 Kota Depok mampu mengolah ranting kayu menjadi pelet sebesar 9 ton/minggu. Skenario dalam kajian ekonomi dan kajian life cycle analysis (LCA) adalah skenario A (sumber listrik PLN), skenario B (sumber listrik PLTD), dan skenario C (sumber listrik PLTD-Gasifikasi). Berdasarkan pada hasil kajian ekonomi menggunakan skenario kapasitas desain alat kinerja 100% proses produksi menggunakan sumber listrik PLN, PLTD dan PLTD-Gasifikasi layak di laksanakan dengan nilai CCR 3,9 (PLN), 3,4 (PLTD) dan 2,5 (PLTD-Gasifikasi). Pay back period pada skenario A 4,8 tahun, skenario B 5,1 tahun, dan skenario C 5,6 tahun. Berdasarkan kajian LCA, emisi yang dihasilkan untuk transportasi ranting kayu menuju UPS sebesar 1,6 kg CO2/ton kayu dan emisi transportasi menuju TPA sebesar 3,2 kg CO2/ton kayu. Proses produksi pelet dengan kapasitas desain alat aktual menghasilkan total emisi CO2 yang lebih besar jika dibandingkan dengan kapasitas desain alat kinerja 100%, dan 50%. Total emisi CO2 pada proses kapasitas desain aktual dengan skenario A (533 kg CO2 eq/ton kayu), skenario B (298,3 kg CO2 eq/ton kayu) dan skenario C (107,8 kg CO2 eq/ton kayu). Sehingga dapat disimpulkan bahwa penggunaan proses gasifikasi didalam kegiatan pengolahan ranting kayu menjadi pelet lebih unggul dari segi emisi CO2 yang dikeluarkan jika dibandingkan dengan penggunaan sumber energi lainnya.