digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Penerbitan kebijakan kewajiban pembangunan industri smelter dalam undangundang pertambangan baru 2009 telah mempengaruhi banyak perusahaan pertambangan di Indonesia untuk mempersiapkan diri menghadapi tantangan besar untuk mengembangkan industri smelter domestik pada tahun 2014. Namun, ini bukan tugas yang mudah bagi industri smelter untuk memenuhi tenggat waktu. Peran pemerintah untuk memberlakukan larangan ekspor, insentif fiskal, dan kebijakan skema smelter independen, menyebabkan kebijakan yang sering dikoreksi sehingga menimbulkan resistensi terhadap kebijakan untuk menarik investasi baru. Industri smelter membutuhkan investasi teknologi terdepan, kualitas permintaan pasar yang kuat, ketersediaan sumber daya dan cadangan mineral, fluktuasi harga mineral yang diterapkan, dan keahlian untuk memastikan kelayakan investasi agar operasi jangka panjang stabil dan menguntungkan. Smelter industri merupakan suatu sistem kompleks yang mempunyai ciri problematika dinamis seperti faktor yang saling ketergantungan, saling interaktif, umpan balik, dan ada hubungan kausalitas. Oleh karena itu, model dinamika sistem harus dipertimbangkan sebagai pendekatan untuk menyelesaikan permasalahan industri smelter di Indonesia. Penelitian ini menggunakan pendekatan metode gabungan kualitatif dan kuantitatif. Metode gabungan dimulai dengan fase kualitatif dan kemudian fase kuantitatif. Penelitian difokuskan pada pengembangan model investasi industri smelter di Indonesia yang dapat membantu pembuat kebijakan merancang kebijakan untuk meningkatkan daya saing melalui kerangka konseptual keunggulan kompetitif bangsa (CAN) dalam diamond model oleh Michael Porter. Diamond model ini diperkaya dengan mendefinisikan variabel dan parameter dari tinjauan literatur model CAN, kebijakan industri smelter antar negara, daya saing industri sejenis, dan model dinamika sistem untuk industri. Kuesioner disebarluaskan kepada responden terpercaya di industri pertambangan dan smelter untuk memotret masalah daya saing yang ada saat ini, serta menganalisis potensi solusinya. Diskusi kelompok yang melibatkan pakar dan peserta terkait dengan industry smelter dilakukan untuk mengelaborasi pengajuan dinamika hipotesis. iii Untuk merumuskan diagram sebab akibat dan struktur sistem smelter, wawancara semi terstruktur dilakukan kepada responden di tingkat tinggi pemerintah, tingkat profesor madya bidang akademik, dan jajaran direksi dari praktisi industri. Model tersebut diuji dan divalidasi menggunakan simulasi dinamika sistem, sedangkan skenario kebijakan nya dievaluasi dalam forum konferensi ahli metalurgi dan diskusi para pembuat kebijakan tingkat tinggi terkait smelter. Simulasi model dinamika sistem yang menghasilkan skenario integrated export duty beneficence (EDB) merupakan skenario kebijakan terbaik untuk meningkatkan daya saing smelter di Indonesia. Kebijakan ini memberikan peningkatan yang signifikan baik dalam jumlah smelter maupun penerimaan negara dibandingkan dengan kebijakan saat ini. Lebih lanjut, Diamond model menghasilkan enam faktor utama yang memberikan pengaruh signifikan dalam meningkatkan daya saing investasi industri smelter di Indonesia. Tiga faktor pertama adalah strategi terintegrasi, terbatasnya ekspor produksi, manfaat bea keluar, sedangkan faktor lainnya yang terkait dengan kondisi ketidakpastian adalah fluktuasi harga logam, permintaan dalam negeri, dan pasokan mineral. Penelitian ini memberikan kontribusi kepada kalangan akademisi sebagai upaya awal yang dilakukan untuk mengaitkan dinamika sistem dengan diamond model dalam konteks industri smelter di Indonesia yang melakukan model dan kebijakn diamond model yang baru untuk meningkatkan daya saing smelter. Kontribusi penelitian untuk kalangan akademisi ini adalah sebagai upaya awal yang dilakukan untuk mengaitkan dinamika sistem dengan diamond model dalam konteks industri smelter di Indonesia yang menghasilkan model dan kebijakan baru untuk meningkatkan daya saing smelter. Diamond Model yang baru ini juga diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi para praktisi dan pengambil keputusan (pemerintah) dalam membuat strategi dan kebijakan terkait temuantemuan tersebut, yang akan menjadi solusi untuk meningkatkan keunggulan kompetitif investasi industri smelter di Indonesia. Penelitian ini terbatas pada industri smelter yang hanya membahas empat komoditas mineral utama (tembaga, nikel, besi, dan alumina) yang tingkat produksinya sebagaimana diatur dalam undang-undang pertambangan. Meskipun komoditas mineral tersebut cukup mewakili untuk penelitian smelter di Indonesia, namun penelitian selanjutnya diperlukan untuk menilai generalisasi model yang dikembangkan dalam daya saing smelter yang lebih global dengan komoditas mineral yang berbeda. Juga, pemodelan ini hanya melibatkan lima dari enam determinannya. Faktor industri pendukung (RSI) yang tidak termasuk dalam model ini perlu dianalisis untuk penelitian lebih lanjut dengan memasukan faktor dampak sosial dan lingkungan dari industri smelter. Selain itu, model ini dapat diimplementasikan pada industri sejenis lainnya yang memiliki struktur sistem dan kondisi ketidakpastian yang sama serta mengikuti metodologi yang disarankan dalam penelitian ini. Kata kunci: industri smelter, Indonesia, daya saing bangsa, dinamika sistem