




Indonesia saat ini menduduki peringkat ke-6 dunia dengan jumlah penderita diabetes (diabetesi)
terbesar. Diabetes merupakan penyakit yang berlangsung lama atau kronis serta ditandai dengan
kadar gula (glukosa) darah yang tinggi atau di atas nilai normal. Diabetes dibagi menjadi dua
kelompok, yaitu Diabetes tipe 1 (DM1) dan Diabetes tipe 2 (DM2). Penderita diabetes perlu
menjaga pola hidup sehat, kontrol kadar gula darah, oral medication (metmorfin), injeksi insulin,
regular check-ups dapat meningkatkan kualitas hidup penderita Metode pengobatan diabetes dapat
berupa terapi insulin secara teratur, pemantauan kadar gula darah, serta pola hidup sehat dapat
mendukung penyembuhan dan pencegahan atau memperlambat adanya komplikasi diabetes yang
mungkin terjadi. Metode pemantauan kadar gula darah dapat digolongkan menjadi dua bagian
berdasarkan pengukurnya, yakni check-up rutin di rumah sakit yang ditangani oleh ahli medis dan
self-monitoring yang dilakukan sendiri oleh penderita. Self-monitoring kadar gula darah
membantu mencapai tujuan preventif dan manajemen kadar gula darah penderita. Menggunakan
metode ini, penderita dapat mengetahui nilai rata-rata kadar gula darahnya, dan secara rutin dapat
menjaga pola hidup sehat dengan bantuan pemantauan tersebut. Sebagian besar alat pemantauan
kadar glukosa dalam darah sejauh ini masih menggunakan metode invasive dalam pembuatannya.
Penggunaan alat ini masih terbilang mahal dan menimbulkan rasa tidak nyaman serta dapat
mengakibatkan menumpuknya limbah jarum, tidak menutup kemungkinan terjadinya luka, infeksi,
dan rasa tidak nyaman, selain itu akan membuang dana yang lebih untuk keperluan reagen dan
strip gula darah untuk kebutuhan jangka panjang. Oleh karena itu, pada tugas akhir ini diajukan
sebuah alat pemantauan kadar gula dalam darah menggunakan metode non-infasif.
Tugas akhir ini berkaitan dengan perancangan alat pengukuran kadar gula darah non-invasif
dengan metode near-infrared spectroscopy. Pada buku Tugas Akhir ini akan mencakup sistem
pre-processing. Sistem preprocessing diawali dari subsistem akuisisi sinyal yang terdiri dari
rangkaian Receiver dan Transmitter sampai subsistem pengondisian sinyal yang terdiri dari filter
dan amplifier. Rangkaian Receiver terdiri dari LED dengan panjang gelombang 1050 nm dan pada
rangkaian Receiver terdiri dari fotodioda, rangkaian penguatan dan rangkaian filter. LED yang
memancarkan sinar ke jari akan ditangkap cahaya absorbansinya oleh fotodioda. ADC mengubah
sinyal analog dari sensor menjadi sinyal digital yang akan diolah menjadi nilai kadar gula darah
dalam mg/dL. Sinyal analog yang dikonversi ini masih mengandung derau yang signifikan,
sehingga untuk mendapatkan hasil kadar gula darah dengan kualitas dan kuantitas yang baik,
dibutuhkan suatu filter digital. Versi pertama dari sistem ini telah dibuat oleh mahasiswa S1 Teknik
Biomedis angkatan 2015, tetapi masih memiliki error yang lebih besar dari 5,85 mg/dL. Nilai error
ini masih bias diminimalisir. Oleh karena itu diperlukan perbaikan dalam sistem preprocessing
sinyal yang ada. Beberapa hal yang dapat diperbaiki dari versi pertama ini termasuk dalam
pemrosesan sinyal analog, inklusi faktor lain yang mempengaruhi hasil pengukuran seperti warna
kulit dan lebar jari, serta perubahan komponen dari proyek yang telah ada.
Karena keterbatasan yang disebabkan pandemi COVID-19, pelaksanaan realisasi dan pengujian
tugas akhir ini berupa simulasi. Simulasi dilakukan untuk menguji filter yang telah dirancang. Data
sintetis yang diperoleh dari modifikasi dataset referensi digunakan sebagai input filter. Performa
dari metode filter yang diusulkan dievaluasi dengan nilai SNR (Signal-to-Noise Ratio). Hasil
percobaan menunjukkan bahwa filter digital yang diusulkan dapat meningkatkan nilai SNR sinyal
output hingga 20 dB untuk frekuensi noise di bawah 0,5 Hz dan di atas 5 Hz. Evaluasi tersebut
menunjukkan bahwa filter digital yang digunakan efektif untuk mengurangi noise. Nilai
maksimum dan nilai minimum dari sinyal PPG ditentukan setelah sinyal bersih diperoleh. Nilai
tersebut dikirim ke smartphone berbasis Android menggunakan komunikasi Bluetooth.
Pengembangan lebih lanjut dapat melakukan realisasi dan pengujian fisik dari rancangan yang
telah dibuat.