digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Penggunaan bahan-bahan bakar fosil menghasilkan jumlah CO2 yang banyak sehingga meningkatkan konsentrasi CO2 di atmosfer menjadi lebih dari 400 ppm. Hal ini menyebabkan berbagai masalah, terutama pemanasan global dan perubahan iklim. Salah satu cara untuk menanggulangi hal ini adalah dengan penyerapan CO2 menggunakan kalsium oksida (CaO) dari limbah pabrik gula sehingga membentuk kalsium karbonat (CaCO3). Produksi CaCO3 dari limbah gula diharapkan dapat meningkatkan nilai guna limbah gula yang jarang digunakan. Penelitian ini bertujuan memproduksi CaCO3 dari campuran sintetik dengan kandungan yang mirip dengan limbah gula yang diteliti oleh Honig (1953) dan akan dilakukan dengan beberapa variabel, yakni jumlah bahan, konsentrasi NH4Cl, serta jumlah larutan NH4Cl. Penelitian ini menggunakan CO2 industrial dari PT. Aneka Gas Industri sebagai bahan baku CO2. Pemodelan ASPEN Plus juga dilakukan untuk membandingkan hasil eksperimen, hasil model stoikiometri, dan hasil model yield; serta membandingkan hasil penelitian yang melibatkan campuran sintetik dan yang melibatkan campuran nyata dari terak baja sebagai sumber CaO dan abu terbang batubara sebagai sumber MgO. Data tingkat ekstraksi dan mineralisasi dari penelitian tersebut akan digunakan untuk mengembangkan model reaksi ganda. Berdasarkan hasil penelitian ini, peningkatan volume pelarut meningkatkan yield CaCO3 (maksimal 56% yield), sedangkan peningkatan jumlah bahan menurunkan yield. Hasil ini bersesuaian dengan temuan terdahulu yang mengklaim penurunan dari perolehan 56% (5 g terak/L) menjadi 6% (100 g terak/L). Peningkatan konsentrasi pelarut, di lain pihak, tidak terlalu meningkatkan yield CaCO3. Perolehan CaCO3 maksimal 56% dan sudah bersesuaian dengan penelitian terdahulu yang mengklaim konversi CaO menjadi CaCO3 55-60% dengan NH4Cl. Selain itu, diperoleh mol CaCO3 eksperimen < model yield < model stoikiometri, dengan perbandingan mol CaCO3 eksperimen/model sebesar 79,8% (stoikiometri) dan 84,2% (yield). Model tersebut lalu dikembangkan untuk mengakomodasi reaksi ganda terhadap Ca dan Mg. Model reaksi banyak ini memberikan fraksi mol produk CaCO3 sebesar 98,6% dari komposisi CaO 5,7% dan MgO 0,42%. Dengan demikian, proses ini berpotensi dijadikan alternatif pengolahan limbah gula, yakni menjadi CaCO3 dengan kemurnian tinggi (> 95%).