ABSTRAK Eva Dania Kosasih
PUBLIC yana mulyana COVER Eva Dania Kosasih
PUBLIC yana mulyana BAB 1 Eva Dania Kosasih
PUBLIC yana mulyana BAB 2 Eva Dania Kosasih
PUBLIC yana mulyana BAB 3 Eva Dania Kosasih
PUBLIC yana mulyana BAB 4 Eva Dania Kosasih
PUBLIC yana mulyana BAB 5 Eva Dania Kosasih
PUBLIC yana mulyana BAB 6 Eva Dania Kosasih
PUBLIC yana mulyana PUSTAKA Eva Dania Kosasih
PUBLIC yana mulyana
Tuberkulosis paru (TB paru) adalah penyakit yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis yang menyerang paru-paru. TB paru masih menjadi
masalah kesehatan yang serius di Negara berkembang termasuk Indonesia. Global
Report WHO 2010 mencatat Indonesia sebagai negara dengan kasus TB paru
terbesar kelima setelah India, Cina, Afrika Selatan dan Nigeria. Ada banyak faktor
yang menyebabkan kegagalan dalam mencapai keberhasilan terapi TB paru,
diantaranya hiperglikemia, kepatuhan minum obat dan ketepatan terapi yang
diberikan. Tujuan penelitian ini adalah menentukan hubungan antara kondisi
hiperglikemia dengan keberhasilan terapi penderita TB paru kasus baru komorbid
Diabetes Mellitus (DM). Keberhasilan terapi ditentukan berdasarkan waktu
konversi BTA dan perbaikan kondisi klinis. Metode penelitian yang digunakan
adalah uji prognostik metode potong lintang. Sampel penelitian adalah penderita
TB paru kasus baru yang menjalani pengobatan di BBKPM Bandung selama
terapi fase intensif sejak bulan Juni sampai Desember 2014. Dari 130 penderita
TB paru kasus baru diperoleh penderita dengan kadar HbA1c normal sebesar
28,5% (HbA1c ?5,4%), prediabetes sebesar 59,2% (HbA1c 5,5-6,4%) dan
diabetes sebesar 12,3% (HbA1c 6,5-13,6%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa
kepatuhan minum obat dan ketepatan terapi memiliki hubungan sangat bermakna
(p=0,000) dalam mencapai keberhasilan terapi TB paru kasus baru. Sedangkan
tingkat pendidikan (p=0,779) dan riwayat merokok (p=0,442) tidak memiliki
hubungan yang bermakna terhadap keberhasilan terapi. Sedangkan keberhasilan
pengobatan TB paru kasus baru komorbid DM sangat dipengaruhi oleh ketepatan
terapi DM, kepatuhan minum obat dan diet yang baik, walaupun kadar HbA1c
tinggi. Semakin tinggi kadar HbA1c waktu konversi BTA semakin lama (> 2
bulan) dan kondisi klinis sulit membaik.