Penelitian tentang industri kecil merupakan topik yang sangat menarik bagi
peneliti saat ini. Namun, konteks kepulauan seringkali lepas dari perhatian,
meskipun ada ribuan pulau-pulau kecil di dunia, seperti di Indonesia sendiri yang
terdiri dari 17.500 pulau, yang kadangkala membutuhkan pendekatan
pengembangan yang berbeda karena banyaknya hambatan yang mereka hadapi.
Indeks daya saing dari Asia Competitiveness Institute tahun 2015 menunjukkan
delapan provinsi kepulauan di Indonesia, yaitu Kepulauan Bangka Belitung,
Kepulauan Riau, NTB, NTT, Sulawesi Utara, Maluku, Maluku Utara dan Sulawesi
tenggara, membutuhkan strategi pengembangan yang berbeda, dan tidak bisa
disamakan dengan provinsi-provinsi daratan seperti Jawa dan Sumatera karena
rata-rata daya saing mereka rendah. Wirausahawan di daerah kepulauan tidak
hanya menghadapi hambatan sehari-hari, namun juga kadangkala “kerugian
komparatif”. Karena itu pembelajaran mengenai wirausahawan di daerah
kepulauan sangat penting, terutama pada negara berkembang seperti Indonesia,
dimana kesenjangan pembangunan masih menjadi isu besar. Disisi lain, UU
no.3/2014 tentang Perindustrian mengamanatkan agar pemerintah pusat dan
daerah dapat menciptakan industri kecil menengah yang berdaya saing. Oleh
sebab itu, penelitian ini mengungkap strategi-strategi yang “sesuai” dalam rangka
pengembangan kewirausahaan di kepulauan sekaligus memetakan apa saja
hambatan-hambatan utama yang seringkali mereka hadapi.
Penelitian ini menggunakan metode campuran serta penalaran secara deduksi dan
induksi karena pola pikir dan konstruksi penelitian dibangun melalui kajian
literatur serta hasil dari wawancara mendalam. Sedangkan strategi pada
penelitian ini adalah studi kasus dan survei. Dimana teknik studi kasus dilakukan
pada industri kecil olahan hasil laut yang sukses di Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung, ditambah dengan industri kecil kerajinan dan industri kecil hasil
pertanian, khususnya untuk “menjelajahi” konsep dari manajemen pengetahuan
pada industri kecil di kepulauan. Sementara itu, teknik survei melibatkan industri
kecil menengah dan aparat pemerintah, dari delapan provinsi kepulauan di
Indonesia.
Ada sembilan proposisi yang dibangun dari hasil kajian literatur, yang kemudian
diukur melalui teknik wawancara mendalam. Kemudian analisis faktor dilakukan
pada hasil temuan penelitian tersebut guna mengkonfirmasi hasil temuan pada
responden yang lebih luas dari delapan provinsi kepulauan di Indonesia, sekaligus
untuk penyederhanaannya. Survei terhadap permasalahan yang dihadapi oleh
iv
wirausahawan di kepulauan dilakukan melalui beberapa tahapan, dimulai dari
tabulasi dari permasalahan yang sering dihadapi oleh wirausahawan di
kepulauan, mereduksinya hinga menjadi 12 permasalahan utama saja dan
kemudian di lakukan survei ulang pada responden dari delapan provinsi kepulauan
di Indonesia, baik dari sudut pandang pemerintah maupun wirausahawan itu
sendiri.
Hasilnya, ditemukan 18 “daftar yang harus dilakukan” oleh wirausahawan di
kepulauan yang diharapkan dapat menjadi insentif bagi industri kecil dan
pemerintah dalam upaya pengembangan usaha di daerah kepulauan. Dari 12
hambatan utama di kepulauan, berdasarkan dari sudut pandang kedua belah pihak,
terdapat delapan hambatan yang memiliki kesamaan sudut pandang dari kedua
belah pihak, meskipun skala kepentingannya berbeda, yang kemudian kami
namakan sebagai “kesepakatan umum”. Kemudian, terdapat juga delapan
hambatan yang menjadi titik perbedaan dari kedua belah pihak, dimana satu pihak
menganggap bahwa hal itu penting dan pihak lain menganggap sebaliknya.
Kemudian hambatan-hambatan tersebut kami kelompokkan menjadi tantangan dan
rintangan dalam bertahan dan berkembang bagi wirausahawan di kepulauan.
Kemudian hasil dari kedua penelitian diatas menjadi dasar dalam membuat model
logika terkait hambatan industri kecil di kepulauan beserta solusinya. Terkait
manajemen pengetahuan bagi industri kecil di kepulauan, penelitian ini juga
berkontribusi pada dua hal, yaitu: bagaimana membangun pendekatan manajemen
pengetahuan yang terjangkau bagi industri kecil di kepulauan (penekanan pada
pengembangan budaya kerja), dan kapan waktu yang tepat bagi wirausahawan di
kepulauan untuk berkreasi dan berinovasi sebagai bentuk langkah proaktif dalam
berusaha. Akhirnya, hasil dari analisis faktor menyederhanakan temuan penelitian
menjadi enam faktor baru yang diyakini dapat membangkitkan keunggulan
bersaing bagi wirausahawan di kepulauan.
Penelitian ini bertujuan untuk membangun sebuah model industri kecil yang sukses
di kepulauan guna memberi wawasan bagi berbagai pemangku kepentingan
terkait, agar dapat menjadi jalan bagi pengembangan dan penyebaran industri
kecil di seluruh Indonesia guna mengurangi kesenjangan pembangunan. Penelitian
ini juga diharapkan dapat meningkatkan kesadaran peneliti dan pihak terkait
terhadap konteks kepulauan. Akhirnya, penelitian ini juga berimplikasi pada
penelitian lebih lanjut terkait faktor apa dari enam faktor baru tersebut yang paling
berpengaruh terhadap kesuksesan wirausahawan di kepulauan, dilengkapi dengan
penelitian terkait sosiologi masyarakat di pulau kecil akan menjadi sebuah
penelitian yang menjanjikan dan berguna.